Tapi ketika kanalnya hilang, mereka sendiri tidak bisa tertawa, apalagi orang lain, apalagi admin.
Padahal hilangnya Humor merupakan lelucon paling kocak. Dari ada menjadi tiada. Dari samar-samar menjadi gempita yang banci.
Sebenarnya kanal Humor bisa masuk dimanapun, karena setiap tempat selalu ada lelucon tersirat.
Kalau saja ada kanal sexologi, maka Humor akan tumbuh subur di sini, tempat yang lembab, kadang ada cairan, sedikit licin tapi banyak oksigen sehingga akan banyak orang menghirup udaranya sampai menggelinjang dan terkejat-kejat. Kesuburannya bahkan bisa lebih dari politik karena sexologi penuh dengan urat geli yang sensitif.
Anda boleh tidak setuju, tapi di artikel ini sayalah sang Admin yang menentukan. Protes ditampung, menulis jalan terus !
Hilangnya kanal humor memang menyedihkan, tapi untunglah saya tak bisa humor. Jadi saya tak perlu ikutan pusing saat hilang. Karena saya tidak humoris. Saya hanya lelaki pemalu. Tentu saja saya sangat malu meminta diadakan Kanal Malu di Kompasiana.
Â
Â
Salam malu-malu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H