Anda bayangkan saja kalau si Kompasianer itu ; Pinter dan cerdas, mapan, religius, humoris, sayang istri, digemari gadis-gadis, punya postingan artikel banyak serta digemari beragam kalangan dan lain sebagainya, kemudian selalu dapat HL dan berstatus verifikasi Biru. Tamat sudah (contoh) pencarian diri berkompasiana ! Maka usai pula cerita panggung Kompasiana baginya. Tak ada hal baru lagi yang terbangun dari keliaran benak, kegenitan aksara, kepatuhan konvensi dan bahkan ketakutan personalitas.
Yang ada mungkin arogansi diri yang sublim namun membunuh ekosistem Kompasiana. Padahal Arogansi adalah musuh besar bagi dunia Sharing (berbagi) dan Inspirasi. Dan jadi kutukan dunia 'Connecting'. Kalau pun letupan arogansi itu ada, cukuplah sebuah wujud Narsis menjadi ruang eksekusi terindah milik bersama-karena dunia kontemporer sangat permisif pada Narsis.
Pada pengkondisian pakde Kartono itu, dari balik kelambu Abraham Maslow dan Pepih Nugraha tersenyum girang, cekikikan penuh kegenitan, bahkan ngakak tertahan karena khusus untuk Kompasiana mereka berdua telah bersekongkol mengubah atau mengacak sedikit bentuk Piramida Hirarki Kebutuhan.
Pada saat itu pula Tuhan tersenyum bahagia tanpa rasa malu, dan kemudian Dia tidur dengan nyenyak.
Kalau demikian adanya, tetap berbahagialah Pakde Kartono dan pakde-pakde yang lain di Kompasiana.
Heu heu heu ! 14/07/2015
Catatan ; Artikel ini hanyal sudut pandang Usil atas artikel Pakde Kartono 'Tulisanku Bagus Tapi Jarang Headline, Salahnya Dimana?' ( yang kemudian mendapat HL dari Admin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H