Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gemesnya Mengakses Kompasiana Baru dari Pedalaman Kalimantan

7 Juli 2015   18:52 Diperbarui: 7 Juli 2015   18:52 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau tidak nonton tivi, saya bisa mengikuti perkembangan berita dan membagi pemikiran atas berita-berita itu.

(Aktivitas warga di depan rumah panjang. Sumber ; Dok. Pribadi)

 

Seringakali bila tidak sedang tidak ada kegiatan warga di hutan, ladang dan sungai, saya tetap akan ke sana pada jam-jam tertentu. Bahkan itu saya lakukan pada malam hari ! Saya pakai motor, jaraknya relatif tak jauh. Agar tak dikerubuti nyamuk saya pakai lotion anti nyamuk. Tujuan ke sana adalah membaca berita dan Kompasiana atau minimal posting tulisan yang sudah saya buat sebelumnya di Rumah Panjang.

Namun ketika Kompasiana lama dalam proses hijrah ke Beta, ritual saya itu sungguh terganggu. Kompasiana bikin gemess ! Sudah susah-susah ke tekape dengan resiko dipatok ular, atau ketemu dedemit cantik...ehhh..Kompasiana tak bisa dibuka. Kalaupun bisa dibuka, tapi sulitnya sungguh minta amoi..eh..amplop..eeh ammpun! Belum lagi fiturnya yang jinak-jinak merpati ; bisa dipencet tapi tak berereksi..eh.bereaksi. Bisa bereaksi tapi loadingnya setengah abad ! Sementara saya membatasi waktu di Lokasi. Ndak enak sama penghuni hutan atau bukit di malam hari. Mereka juga kan mau Nganu?

Batasan waktu saya bukan hitungan menit atau jam, melainkan feeling. Bila feeling tiba-tiba tidak nyaman, apalagi kalau bulu kuduk tiba-tiba berdiri maka itulah waktunya saya harus pergi. Biarpun postingan sedang loading, atau belum selesai. Tak perlu ditunggu ! Soal terkirim atau tidak itu urusan Dewa Sinyal.

Soal waktu tidak ada kompromi, tidak ada Injurytime sedikitpun. Bukan apa-apa, saya kan mesti menghormati 'tuan rumah rimba' dan saya harus 'displin' kalau ingin tetap berkompasiana esok hari dan seterusnya. Orang bilang, hidup ini indah. Kata Utha Likumahua ' Esok kan masih ada, huu..huu.huu !

Mengakses Kompasiana di pedalaman kemudian menjadi kegiatan yang ngeri-ngeri sedap. Seringkali udah bela-belain datang di tekape saat siang yang sepi atau malam nan sunyi saya tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya pulang dengan penuh penasaran dan riang gembira. Kejadian seperti ini berulangkali. Anehnya, walau sulit dan bikin gemes, bila berhasil mengakses atau posting tulisan ada kepuasaan tak terkira. Langsung saya tinggalkan tekape, soal tanggapan pembaca itu urutan ke 1001.

Gemesnya berkompasiana ini akan jadi kenang-kenangan kelak.

(Penulis sedang di hutan untuk mengikuti kegiatan warga. Sumber ; Dok. Pribadi)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun