Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyingkap Prostitusi Artis Lelaki

15 Mei 2015   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:01 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Artis pria itu pun akan memanfaatkan pesonanya seoptimal mungkin. Baginya, menjadi PSK, Pelacur Laki-laki atau Pria Panggilan atau apapun namanya itu hanya label semata. Yang penting Kerja ! Kerja! dan Kerja ! Tentu berdua saja dengan si Wanita Kaya untuk satu sesi kencan.


Selain mendayung pulau kenikmatan di ranjang, dia bisa raih pulau gaya hidup, pulau sosialita, pulau uang simpanan, pulau eksistensi keperkasaan, dan pulau-pulau lain berdasarkan setting diri yang tak terungkap. Bagi si Artis pria Hasrat dan libido para wanita berduit sungguh peluang yang tak boleh dilewatkan.


Saya dulu punya kawan satu kost saat bekerja di Jakarta tahun 90an yang 'nyambi' sebagai PSK atau Lelaki Panggilan. Sebut saja namanya Bratt Pot. Setiap habis melayani klien, dia akan traktir teman-teman dekat.


Bratt Pot banyak bercerita 'petualangan terbarunya sambil kami kami kongkow-kongkow di satu tempat pusat perbelanjaan top di pusat bisnis Jakarta. Orangnya secara fisik memang menarik, tinggi badan mendekati 180cm, postur kokoh dan atletis-karena dia pemain basket kelas kampus, punya selera humor tinggi, cerdas, dan berpenampilan masa kini. Selain selalu jaga kebugaran tubuh dgn olahraga (basket dan fitnes, dan renang, dia rajin melakukan perawatan tubuh.


Pada saat itu belum banyak yang memiliki hp karena mahal (baru keluar). Gaji saya selaku arsitek pemula belum cukup untuk memiliki hp. Namun teman saya itu sudah punya, belum lagi properti lain yang bisa dia banggakan di pergaulan kosmopolitan. Satu rencana kencan hebat adalah nonton final NBA langsung di Amerika. Si Wanita berduit itu tahu 'kegilaan' Bratt Pot pada basket.


Namun rencana nonton NBA itu urung terlaksana karena setelah diperlihatkan foto dan alamat rumah si Wanita kaya itu, ternyata dia adalah istri dari salah satu tokoh terkemuka negeri ini. Bratt Pot-teman saya itu sama sekali tidak tahu, walau sudah beberapa kali kencan. Dia memang kurang membaca koran.


Kami teman-teman dekat segera memberi masukan kepada Bratt Pot itu untuk 'putus hubungan' dengan si Wanita kalau tidak mau dikarungin suaminya ! Bukan apa, orang sekaliber tokoh itu bisa membuat nyawa teman saya itu terancam.


Dari pengalaman teman itulah Saya tahu sedikit dan mengerti banyak tentang lika-liku laki-laki penjual kelakian. Teman saya itu bukan artis, tapi sudah laku. Bagaimana dengan artis laki-laki? Ah, tidak mustahil selama wanita punya kelebihan libido dan harta namun miskin moral.


Hus ! Jangan bicara moral ! Karena moral hanya omong kosong bagi mereka yang diperbudak jabatan dan kenikmatan. Oke...oke...tante..eh, mbak...ehh, tante !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun