Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kematian Siswa SMA 3 Jakarta, Pengulangan Contoh Soal yang Tak Pernah Selesai

22 Juni 2014   11:55 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_330245" align="aligncenter" width="673" caption="gambar : http://cdn0-e.production.liputan6.com/medias/695073/big/pelajar-sma-mati-140621.jpg. Keterangan gambar : Afriand Caesary Alirhami, siswa SMA Negeri 3 Jakarta yang meninggal setelah mengikuti kegiatan ekstra kulikuler sekolahnya di luar lingkungan sekolah"][/caption]

Muncul lagi korban akibat kegiatan ekstra kulikuler sekolah. Kali ini menimpa siswa SMA Negeri 3, salah satu sekolah favorit di Ibukota. Dari hasil pemeriksaan sementara, diduga korban meninggal akibat penganiayaan selama mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pencinta alam di Tangkuban Parahu, Jawa Barat. (lihat berita : satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya)

Kejadian seperti ini bukan hal baru. Beberapa peristiwa serupa sudah pernah terjadi di lingkungan sekolah lain pada masa lalu, baik yang mendapat sorotan berita maupun tenggelam begitu saja. Ini seperti sebuah contoh soal PR Harian Sekolah yang tak pernah ada penyelesaian, selain pengulangan ragam model yang memuat variabel tetap dan tak tetap.

Ada tiga variabel tetap yang selalu menyertai pengulangan soal seperti ini, yaitu : Guru Pembina Kegiatan, Siswa Senior atau panitia, dan Alumni. Selain itu ada Agenda Kegiatan yang memuat beragam model menu, seperti : pekan orientasi sekolah, osis, latihan dasar kepemimpinan, kegiatan kelompok siswa pencinta alam, dan lain-lain.

[caption id="attachment_330246" align="aligncenter" width="565" caption="gambar : http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Suasana-di-SMAN-3-Jakarta.jpg. Keterangan gambar : suasana depan sekolah SMA N 3 Jakarta yang tenang dan asri"]

14033873091596359838
14033873091596359838
[/caption]

Guru dan Sekolah
Sorotan tajam pasti tertuju pada pihak guru. Mereka adalah pihak yang dianggap paling bertanggung jawab timbulnya korban. Karena guru berada pada posisi orang yang diserahi tanggungjawab semua kegiatan sekolah dimana pun kegiatan itu diselenggarakan. Tahu atau tidak tahu, mengerti atau pun tak mengerti, terlibat langsung ataupun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut maka guru- lah yang disalahkan.

Paling ironis bila guru pendamping yang ikut langsung dalam kegiatan siswa namun kemudian muncul korban. Keluarga dan publik akan mempertanyakan cara sang guru dalam mengendalikan kegiatan di lapangan. Nasib sang guru mudah ditebak, dipecat dan masuk bui serta mendapat hukuman sosial di masyarakat.

Paling miris lagi bila guru yang statusnya di sekolah sebagai penanggungjawab suatu kelompok kegiatan namun ternyata tidak dilibatkan atau tidak ikut serta dalam kegiatan di lapangan. Bisa jadi karena si guru riba-tiba absen di tengah berjalannya kegiatan, atau kegiatan tersebut bersifat liar atau dilakukan sembunyi-sembunyi oleh sebagian kelompok siswa ‘senior’ yang over berkuasa di sekolah.

Siswa Senior
Pihak ini seringkali merupakan orang-orang yang terlibat langsung jatuhnya korban. Mereka inilah yang menjadi operator kegiatan yang langsung bersentuhan dengan para yunior yang sedang dididik dalam kegiatan. Sebagai panitia resmi, mereka bisa melakukan apapun secara langsung terhadap yunior, baik di depan mata maupun di belakang sang guru pembimbing. Titik sentral jatuhnya korban ada pada para operator ini.

Alumni
Pihak alumni terbagi dua bagian, yakni ; alumni yang terlibat langsung di lapangan dan yang tidak terlibat langsung.

Kelompok alumni yang tidak terlibat langsung pada umumnya adalah organisasi ikatan alumni atau personal alumni yang turut mendukung kegiatan baik dari segi pendanaan (donatur) maupun bantuan lain yang diperlukan guna kelancaran kegiatan.

Para alumni yang terlibat langsung dan menjadi bagian dari operator lapangan. Karena pengalamannya yang hebat di masa lalu mereka masih diminta menjadi pengurus atau panitia kegiatan dengan maksud untuk membagi pengalaman yang berharga. Para kelompok alumi ini bisa saja berstatus mahasisa atau justru sudah bekerja yang perduli dan ‘masih cinta’ sekolahnya.

Pada tingkatan operasional di lapangan, seringkali peran alumni sangat dominan. Mereka seperti dewa yang banyak ilmu sehingga disegani panitia yang masih bertatus siswa aktif. Bahkan karena prestasinya terkini, alumni itu bisa mengalahkan peran seorang guru yang ada di lapangan.

Dominansi alumni ini bisa dilihat bila metode yang digunakan mereka itu ‘sudah keluar’ dari agenda atau prosedur hitam diatas putih yang telah direncanakan sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan. Dalih yang paling sering muncul adalah ‘pengembangan metode’, ‘kreativitas’, ‘menyesuaikan tantangan terkini’ dan lain-lain berdasarkan pengalaman baik selama mereka dahulu bersekolah maupun yang didapatkan di kampus (sekolah baru) atau kehidupan nyata (profesi).

Panitia yang masih berstatus siswa aktif seringkali tak mampu menolak ‘kreativitas dan pengembangan’ sang seniornya yang hebat itu. Bahkan si panitia yunior meniru dan ikut memperlancar secara berlebihan terhadap metoda baru dari sang alumni. Sementara sang guru sudah terlanjur percaya saja dengan kehebatan sang alumni yang sudah punya nama.

[caption id="attachment_330247" align="aligncenter" width="681" caption="http://1.bp.blogspot.com/-2UUkf4K2Lg4/Uau1673oQbI/AAAAAAAAACU/3x6TGqu4uPo/s1600/dont-bully-nwqzsu.jpg"]

14033874441967711927
14033874441967711927
[/caption]

Agenda Sekolah
Setiap kegiatan resmi tentu berdasarkan agenda yang telah ditetapkan sekolah. Dari agenda ini terbaca segala urutan kegiatan, urutan waktu, kepanitiaan serta penganggran, beserta aspek teknis lainnya.

Jatuhnya korban sangat terlihat dari urutan kegiatan yang telah direncanakan. Apabila urutan kegiatan sangat jelas dan rinci, maka tinggal sistem pengawasan di lapanganlah yang berperan. Tidak boleh ada ‘tambahan’ diluar urutan kegiatan yang disepakati. Setiap waktu yang berjalan di lapangan harus berdasarkan urutan kegiatan tersebut. Bila ada slot waktu yang menyimpang, maka di situlah potensi celaka bisa terjadi.

Berdasarkan variabel tetap dalam satu model kegiatan tadi, maka contoh soal yang harusnya selesai dalam satu sesi kiranya tak perlu ada pengulangan di lain tempat dan waktu. Karena pengulangan bisa menandakan adanya gagal paham dalam melaksanakan ekstra kulikuler pendidikan sekolah. Sedangkan si alumni telah mengalami sesat pikir terhadap kecintaan sekolah dan para yuniornya yang masih ingusan.

Sekolah tak bisa mengelak dengan dalih apapun, karena Agenda bukan sebuah peristiwa dadakan dan bukan pula sekedar catatan mengisi jam kosong ketika sang guru absen. Agenda dan variabel tetap tadi adalah satu kesatuan integral bagi kegiatan ekstra kulikuler ; berjalan lancar atau jatuh korban sia-sia.

Semoga soal seperti itu tak lagi ada pengulangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun