Para alumni yang terlibat langsung dan menjadi bagian dari operator lapangan. Karena pengalamannya yang hebat di masa lalu mereka masih diminta menjadi pengurus atau panitia kegiatan dengan maksud untuk membagi pengalaman yang berharga. Para kelompok alumi ini bisa saja berstatus mahasisa atau justru sudah bekerja yang perduli dan ‘masih cinta’ sekolahnya.
Pada tingkatan operasional di lapangan, seringkali peran alumni sangat dominan. Mereka seperti dewa yang banyak ilmu sehingga disegani panitia yang masih bertatus siswa aktif. Bahkan karena prestasinya terkini, alumni itu bisa mengalahkan peran seorang guru yang ada di lapangan.
Dominansi alumni ini bisa dilihat bila metode yang digunakan mereka itu ‘sudah keluar’ dari agenda atau prosedur hitam diatas putih yang telah direncanakan sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan. Dalih yang paling sering muncul adalah ‘pengembangan metode’, ‘kreativitas’, ‘menyesuaikan tantangan terkini’ dan lain-lain berdasarkan pengalaman baik selama mereka dahulu bersekolah maupun yang didapatkan di kampus (sekolah baru) atau kehidupan nyata (profesi).
Panitia yang masih berstatus siswa aktif seringkali tak mampu menolak ‘kreativitas dan pengembangan’ sang seniornya yang hebat itu. Bahkan si panitia yunior meniru dan ikut memperlancar secara berlebihan terhadap metoda baru dari sang alumni. Sementara sang guru sudah terlanjur percaya saja dengan kehebatan sang alumni yang sudah punya nama.
[caption id="attachment_330247" align="aligncenter" width="681" caption="http://1.bp.blogspot.com/-2UUkf4K2Lg4/Uau1673oQbI/AAAAAAAAACU/3x6TGqu4uPo/s1600/dont-bully-nwqzsu.jpg"]
![14033874441967711927](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14033874441967711927.jpg?t=o&v=555)
Agenda Sekolah
Setiap kegiatan resmi tentu berdasarkan agenda yang telah ditetapkan sekolah. Dari agenda ini terbaca segala urutan kegiatan, urutan waktu, kepanitiaan serta penganggran, beserta aspek teknis lainnya.
Jatuhnya korban sangat terlihat dari urutan kegiatan yang telah direncanakan. Apabila urutan kegiatan sangat jelas dan rinci, maka tinggal sistem pengawasan di lapanganlah yang berperan. Tidak boleh ada ‘tambahan’ diluar urutan kegiatan yang disepakati. Setiap waktu yang berjalan di lapangan harus berdasarkan urutan kegiatan tersebut. Bila ada slot waktu yang menyimpang, maka di situlah potensi celaka bisa terjadi.
Berdasarkan variabel tetap dalam satu model kegiatan tadi, maka contoh soal yang harusnya selesai dalam satu sesi kiranya tak perlu ada pengulangan di lain tempat dan waktu. Karena pengulangan bisa menandakan adanya gagal paham dalam melaksanakan ekstra kulikuler pendidikan sekolah. Sedangkan si alumni telah mengalami sesat pikir terhadap kecintaan sekolah dan para yuniornya yang masih ingusan.
Sekolah tak bisa mengelak dengan dalih apapun, karena Agenda bukan sebuah peristiwa dadakan dan bukan pula sekedar catatan mengisi jam kosong ketika sang guru absen. Agenda dan variabel tetap tadi adalah satu kesatuan integral bagi kegiatan ekstra kulikuler ; berjalan lancar atau jatuh korban sia-sia.
Semoga soal seperti itu tak lagi ada pengulangan