[caption id="attachment_361108" align="aligncenter" width="181" caption="Kasih Seorang Emakm Sumber gambar :http://www.google.com/search?q=ibu&prmd=ivns&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=kG-XVI6sI5DhuQTcwILICQ&ved=0CAYQ_AUoAQ#i=2"][/caption]
Saat kau menjadi anak, maka berdurhakalah dirimu setiap hari. Pada setiap detik di sepanjang hari kau bisa merayakan kebengalan dan kebebasan bersama pencarian diri.
Tak ada batas penghambat liarmu ketika larangan menjadi tak lebih suara angin yang berdenging sejenak di gendang telinga kemudian hilang entah kemana. Tak perlu dan tak pernah kau ragu menciptakan sejuta risau di benak ibumu. Karena kau memang seorang anak. Tapi tahukah saat kau menjadi Ibu, atau ayah?
Apakah anda paham dengan maksud tulisan di atas?
Kalau paham, berarti anda durhaka karena berani-beraninya bertindak liar dan berlaku bengal sesuka hati dan pikiran anda terhadap tulisan ini. Sementara saya yang melahirkan tulisan ini belum selesai berpesan.Ya, sudah pergi sono...ndak usah lanjutin baca. Heuheu...
Nah, kalau tak paham berarti anda anak baik, sama dengan saya. Mari kita bersama-sama mencari kesepahaman.
Begini kamerad dan kameradwati...
Saat masih kanak-kanak, remaja hingga dewasa hampir tak ada diantara kita yang tak pernah dimarahi emak. Bisa jadi cara marah emak berbeda-beda pada setiap orang, tingkatan umur anak dan jenis kenakalan. Tergantung merk si emak, apakah bawel, cerewet, keras binti galak atau tukang sabar. Merk itu hasil Labeling si Anak dan lingkungan terdekat yang mengenalnya.
Emak marah tentu ada sebab. Seperti halnya nakalnya anak yang memiliki modus di kantong celana nakalnya. Emak merupakan pengganggu, penghambat sekaligus polisi jaga yang galak dan sulit disogok bagi si anak untuk berbuat nakal. Pada situasi itu, emak adalah orang yang paling nyebelin sedunia bagi si anak. Emak telah jadi orang yang paling susah dipahami bahkan hingga usia 'dewasa' si anak.
Puncak nyebelin adalah masa remaja. Masa dimana kau sedang mencari dirimu, masa dimana dirimu adalah separuh manusia.
Bagi emak, kau adalah tetap anak sampai kapanpun dan dimanapun kau berada. Bahkan kadang-kadang emak suka lupa bahwa kau sudah bisa bikin anak bahkan punya sederet anak. Emak memperlakukan seperti saat kau masih kanak-kanak. Padahal saat itu kau bukan lagi seorang anak yang ingusnya  terpleset dan menempel dari pipi sampai bibir. Padahal langkah kakimu telah sampai ke ujung dunia jauh dari langkah emak yang cuma sampai kantor kecamatan. Padahal kepintaranmu sudah menyerupai dewa langit pencipta terang bumi. Padahal kekayaanmu jauh melebihi Mark Zuckerberg dan paman Gober. Padahal gaung namamu telah sampai terdengar dari gua lembab berlendir hingga ke ujung gugusan galaksi Bimasakti.
Bagi emak kau tetap anak kecil dimatanya. "Jangan lupa tidur pakai selimut, nanti kedinginan dan masuk angin. "Jangan lupa makan, nanti sakit", bla....bla..bla...
Aduuh emak jangankan angin, jenis dan nama latin badai pun aku tahu! Haddooh emak, jangankan jenis sakit lupa makan, sakit terlalu banyak makan pun aku hapal!
Khilaf emak memang penuh misteri. Seperti pertanyaan tanpa jawaban. Padahal ada banyak jawaban yang bercecer di setiap langkah kakimu.
Emak tak perlu jawaban. Karena misteri emak bukan matematika paling rumit untuk diteorikan di ruang seminar ilmiah bergengsi. Bukan pula manuver politikus licin berlendir bagai belut di pangung pemilihan. Emak dan Misterinya cukuplah menjadi milik dirimu sebagai si anak untuk dijawab didalam hati pada setiap waktu dan tempat dimanapun kau berada.
Cobalah ingat saat kau sakit dan 'kesakitan'. Dan cobalah kau ingat ketika anakmu lahir atau sakit. Ada jawaban yang tak dapat kau defenisi tapi sangat dalam kau pahami tentang emak yang dulu bikin sebel.
Mak....Emak...Selamat hari Ibu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H