Mohon tunggu...
Purba Sari
Purba Sari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penimat cerpen dan novel www.shespebe.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita di Antara Pagi, Siang, Sore, dan Malam

16 April 2018   09:22 Diperbarui: 16 April 2018   09:45 5631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebegitu pengecutnya kamu hingga kamu hanya berani mengirim emailtanpa berusaha bertemu denganku dan menyampaikannya langsung. Aksara, kamu masih saja seperti dulu, egois.

sampai saat ini aku tidak berani bertemu langsung denganmu Sekar, bukan karena aku tidak ingin, tapi karena aku takut. aku memang pengecut. aku tidak berani menatapmu secara langsung setelah apa yang aku lakukan. karena itu melalui surat ini aku ingin meminta ijin kepadamu terlebih dulu, jika memang kamu berkenan, minggu depan ketika aku sampai di indonesia aku akan langsung menemuimu.

aku menulis surat ini di kala senja dengan semburat jingganya yang indah. Aku harap kamu pun akan membacanya di saat senja. Aku menunggu kabar baik darimu esok hari, saat hari baru dimulai.

Aku memandang matahari yang perlahan mulai menghilang.

***

Malam, ketika rindu masih tersimpan

di satu tempat yang nyaman

tanpa pernah terungkapkan

Dua bulan lalu...

Malam ini adalah malam yang di bulan yang kedelapan saat kamu pergi tanpa berpamitan langsung, hanya melalui pesan singkat kamu mengabarkan bahwa kamu telah memiliki cinta yang lain. Hatiku sakit sekali kala itu, tapi tidak sesakit malam ini yang aku tidak tahu kenapa bayangan tentang kamu masih saja muncul membawa rindu kepadamu, rindu yang hanya bisa aku simpan sendiri tanpa bisa kubagi dengan yang lain, apalagi denganmu.

Benar kata Dilan bahwa rindu itu berat, dan aku hampir saja tidak kuat. Akhirnya aku meletakkan rindu itu di satu tempat yang nyaman, ya hanya aku simpan saja tanpa pernah aku sapa lagi, agar beban rindu itu berkurang. Dan cara yang aku gunakan ini cukup berhasil. Rindu itu pun tidak tumbuh, tidak pula berkembang, rindu menetap dengan manis di salah satu ruang kosong. Biarlah dia di sana, tidak akan pernah lagi aku buka, kecuali kamu memintanya langsung untuk mengambilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun