Saffron, rempah yang berasal dari bunga Crocus sativus, telah digunakan berabad-abad dalam pengobatan tradisional dan kuliner berbagai budaya. Dikenal sebagai rempah termahal di dunia, saffron tidak hanya menawarkan rasa dan warna yang khas, tetapi juga diklaim memiliki berbagai manfaat kesehatan. Namun, dengan popularitasnya yang terus meningkat, muncul banyak informasi yang terkadang sulit dibedakan antara fakta dan mitos.
Artikel ini akan menyelidiki manfaat kesehatan saffron berdasarkan bukti ilmiah yang ada, sekaligus mengklarifikasi beberapa mitos umum yang sering menyertainya.
Banyak klaim yang menyebutkan bahwa saffron dapat meningkatkan mood, mengatasi depresi, hingga membantu dalam pengobatan penyakit kronis. Namun, penting untuk meninjau klaim-klaim ini berdasarkan bukti ilmiah untuk memisahkan fakta dari mitos. Penelitian modern telah mulai mengeksplorasi khasiat saffron dengan lebih mendalam, memberikan pandangan yang lebih jelas tentang apa yang sebenarnya dapat dicapai oleh rempah ini.
Salah satu manfaat yang paling sering dikaitkan dengan saffron adalah kemampuannya untuk meningkatkan mood dan mengurangi gejala depresi. Studi klinis menunjukkan bahwa saffron memiliki efek yang signifikan dalam mengurangi gejala depresi ringan hingga sedang, sebanding dengan beberapa obat antidepresan. Senyawa crocin dan safranal dalam saffron diduga berperan dalam mekanisme ini dengan memengaruhi kadar serotonin di otak. Meski demikian, saffron tidak boleh dianggap sebagai pengganti total untuk terapis medis yang sudah ada tanpa konsultasi dengan profesional kesehatan.Â
Selain itu, saffron juga diklaim memiliki efek positif terhadap kesehatan mata. Penelitian menunjukkan bahwa saffron dapat membantu memperlambat degenerasi makula terkait usia (AMD), kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan pada orang tua.Â
Kandungan antioksidan dalam saffron, seperti crocin dan crocetin, diyakini melindungi sel-sel  retina dari kerusakan oksidatif. Walaupun temuan ini menjanjikan, lebih banyak penelitian jangka panjang diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat ini dan menentukan dosis yang tepat.
Mitos lain yang sering beredar adalah bahwa saffron dapat menurunkan berat badan secara signifikan. Sementara beberapa studi menunjukkan bahwa saffron dapat membantu mengurangi nafsu makan dan nyemil berlebihan, efeknya terhadap penurunan berat badan tidak begitu besar.Â
Saffron mungkin berperan sebagai pelengkap dalam program diet dan olahraga, tetapi bukan solusi ajaib untuk obesitas. Sebaiknya, penggunaan saffron untuk tujuan ini dikombinasikan dengan pola makan sehat dan rutinitas olahraga yang teratur.
Kesimpulannya, saffron memang memiliki beberapa manfaat kesehatan yang didukung oleh penelitian ilmiah, terutama dalam hal meningkatkan mood dan melindungi kesehatan mata. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua klaim yang beredar memiliki dasar ilmiah yang kuat. Banyak manfaat yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan keamanan jangka panjangnya.Â
Oleh karena itu, saffron sebaiknya digunakan dengan bijak dan selalu dikonsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum digunakan sebagai bagian dari terapi medis.
Sumber rujukan:
Saffron (Crocus sativus L.) in Ocular Diseases: A Narrative Review of the Existing Evidence from Clinical Studies (March 2019)
Oleh Rebekkaa Heitmar, James Brown, & Loanis Kyrou.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H