Aku terlahir dari sang pemilik telapak itu,
Yang konon katanya ada surga di baliknya.
Aku dibuai dan hingga beranjak dewasa di sana.
Di telapak itulah cinta kalian terukir
Lalu atas restu semesta kalian menghadirkan kami.
Terlebih dikau yang sudah ditakdirkan
Untuk memiliki rahim,
Yang kelak dijadikan tempat kami hidup
dan merasakan nafas-nafas alam.
Hingga setelah kami cukup kuat untuk merasakan getirnya dunia,
Dikau sanggupi kami melangkah keluar,
Meski nyawa jadi taruhan.
Dan hatimu begitu tegar menahan luka sakit itu.
Lalu apa jadinya kami kini?
Kerap menyayat lagi hatimu.
Dengan kata laku tak beradab
Jika bisa mengembalikan waktu,
Kami ingin bersujud ampun di surga itu.
Malaka, 21 Maret 2022