Alkitab yang ada saat ini sudah melewati proses kanonisasi sehingga menjadi Alkitab seperti yang dikenal sekarang. Istilah kanonisasi berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan serapan kata dari bahasa Ibrani yang berarti "pengukur". Kata kanon bisa juga diartikan sebagai standar resmi. Jadi istilah kanonisasi Alkitab memiliki arti standarisasi Alkitab. Dalam hal ini Gereja selaku institusi ilahi lah yang memiliki wewenang atas kanonisasi Alkitab.Â
Yang perlu dipahami adalah Alkitab tidak langsung berbentuk buku pada mulanya. Alkitab sendiri secara harfiah memiliki makna sekumpulan kitab-kitab yang dikuduskan. Berisikan kumpulan-kumpulan narasi kesaksian dari sang penulis yang diinspirasi oleh Tuhan melalui Roh Kudus. Jadi isi dari Alkitab selalu berkaitan dengan fakta sejarah pada zamannya. Sebelum narasi-narasi dalam Alkitab dituliskan, pengajarannya telah diturunkan secara turun temurun dalam masyarakat Yahudi. Alkitab sendiri terdiri dari dua kelompok kitab:Â
1. Alkitab Perjanjian Lama
2. Alkitab Perjanjian Baru
Alkitab Perjanjian Lama adalah kitab-kitab yang muncul pada zaman sebelum Kristus. Merupakan kumpulan kitab-kitab yang lazim digunakan oleh penganut agama Yahudi pada zaman Sebelum Masehi. Bahasa asli yang digunakan dalam Alkitab Perjanjian Lama adalah bahasa Ibrani. Alkitab Perjanjian Lama terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Kitab-kitab HukumÂ
2. Kitab-kitab Para Nabi
3. Kitab-kitab NasehatÂ
Alkitab Perjanjian Baru adalah kitab-kitab yang muncul pada zaman setelah Kristus. Alkitab Perjanjian Baru umumnya tidak diakui sebagai bagian Alkitab oleh para penganut agama Yahudi, hanya diakui oleh orang-orang Kristiani saja. Alkitab Perjanjian Baru menarasikan perjalanan Kristus selama di dunia sampai kenaikanNya ke Surga dan perjalanan dari Para Rasul Kristus juga ajaran-ajaran yang disampaikannya. Alkitab Perjanjian Baru terdiri dari tiga bagian:
1. Kitab-kitab Injil