Mohon tunggu...
Pauzan Haryono
Pauzan Haryono Mohon Tunggu... Dosen - -

"Manusia biasa yang berusaha untuk jujur pada diri sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaya Masa Lalu, Miskin Masa Depan

28 Juli 2018   10:36 Diperbarui: 28 Juli 2018   10:59 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya awali dengan sebuah ilustrasi. Misalnya anda akan segera diwisuda untuk jenjang Magister (S2). Kemudian anda diminta mengumpulkan pas foto untuk ditempel di ijazah dan buku wisuda. Lalu anda mengumpulkan pas foto di saat anda kelas enam Sekolah Dasar (SD). Kira-kira apa yang terjadi. Pasti ditolak kan? Lalu anda ngotot beragumen bahwa itu adalah foto anda dan juga anda jelaskan bahwa saat difoto, anda adalah juara umum di Sekolah Dasar. 

Apakah dengan argumen tersebut, lalu foto anda diterima. Tentu, tetap ditolak. Lalu permasalahannya apa?. Itu adalah benar foto anda, tapi itu foto masa lalu. Foto yang sudah usang, sudah tidak layak dipakai di ijazah Magister. 

Sudah banyak perubahan yang terjadi di diri anda. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa perubahan itu pasti terjadi, bahkan pada diri sendiri. Terkadang kita enggan berubah karena menganggap bahwa yang kita lakukan adalah benar di masa lalu. Kebenaran di masa lalu bukan berarti kesalahan di masa sekarang, tapi masalahnya sudah usang.

Manusia (berjiwa) kerdil adalah orang yang banyak bicara masa lalu, orang biasa banyak bicara masa kini, sedangkan orang hebat banyak bicara masa depan. Kalimat itu berasal dari Hilarry Clinton, mantan ibu negara Amerika serikat. Ungkapan Hilarry tersebut menarik untuk  dijadikan standar untuk mengukur jiwa kita dan orang lain. Kita bisa menginstropeksi kebiasaan kita dan  kecenderungan obrolan orang lain, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Dengan hal itu kita bisa mengukur seberapa besar jiwa kita dan orang lain.

Manusia yang hidup di hari ini memiliki tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Berdasarkan  dimensi waktu tersebut, manusia dapat kita bagi menjadi tiga juga. Pertama, type manusia yang sangat mengagung-agungkan  masa lalu. Seolah-olah kesempurnaan hanya di masa lalu dan kita harus menghadirkan masa lalu ke masa kini. 

Padahal kodrat alam adalah tidak mungkin kita berada di masa lalu, sekuat apapun kekuasaan yang kita miliki. Manusia lintas ruang dan waktu hanya ada di film science fiction dan tidak pernah ada dalam dunia nyata. Manusia-manusia masa lalu cenderung sangat sulit untuk diajak berubah dan sangat kaku dalam pendirian. Padahal, tidak ada yang kekal di semesta ini kecuali perubahan. 

Manusia masa lalu adalah manusia yang mencoba melawan hukum alam. Dalam sejarah, belum ada yang mampu bertahan lama ketika melawan hukum alam. Dinosaurus, binatang raksasa yang mempunyai tenaga besar harus punah karena tidak sanggup melawan perubahan alam. Kecoa/lipas masih bertebaran di mana-mana karena sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan alam. Dinosaurus dan kecoa sama-sama binatang purba.

Type manusia kedua adalah orang-orang yang sangat larut dengan masa kini. Obrolannya hanya tentang  hal-hal yang popular di masa kini, baik itu fakta maupun berita bohong (hoax). 

Hal-hal yang popular tapi tidak penting pun tidak luput dari obrolannya. Mulai dari artis kawin-cerai sampai ustadz poligami pun digosipin. Manusia jenis ini, sangat menyukai hal-hal yang populis tanpa mempertanyakan kebenarannya. Asal itu berita populer, maka itulah kebenaran. Nalar kritisnya mati, sehingga sangat dangkal dalam memahami segala hal. 

Tahunya hanya permukaan saja, tanpa berusaha untuk menyelaminya lebih dalam. Orang-orang masa kini biasanya memanfaatkan teknologi hanya untuk kepuasan fisik saja. Mereka tidak memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri. Bergosip di media sosial adalah kebiasaan. Membagikan berita populis tanpa memeriksa kebenarannya adalah kebanggaan. Tidak pernah membagikan karya sendiri karena malas berkarya. Suka menanggapi isu-isu populis bak seorang pakar, padahal keilmuannya tidak mumpuni di bidang itu.

Type manusia ketiga, adalah orang-orang yang fokus pada masa depan. Manusia type ini adalah pembelajar tanpa henti. Baginya perubahan itu sesuatu yang wajar dan mereka sangat tanggap dengan perubahan. Mereka tidak anti perubahan sehingga tidak pernah digilas oleh perubahan. Generasi masa depan sangat berbeda dengan generasi pertama dan kedua yang telah disebutkan tadi. 

Manusia masa depan belajar dan berkarya untuk mengantisipasi masa depan. Malahan mereka sudah menghadirkan masa depan ke hari ini. Inilah generasi-generasi hebat pemilik masa depan. Mereka tidak tertarik membahas masa lalu karena mereka merasa tidak punya masa lalu, sehingga tidak dibebani masa lalu. Mereka juga tidak larut dengan gosip-gosip masa kini, karena tidak mau menghambur-hamburkan energi untuk hal-hal yang dangkal. 

Mereka fokus pada peningkatan kompetensi diri untuk menghadapi masa depan. Dan masa depan hanya milik orang-orang yang memikirkannya.

Dari uraian di atas, dapatlah kiranya kita menginstropeksi diri kita ada dimensi mana? Masa lalu kah?, masa kini kah?, ataukah di masa depan?. Dari mengetahui dimana posisi kita saat ini, maka dapat mengukur siapa diri kita. Manusia kerdil kah?, manusia biasa-biasa saja kah?, atau manusia hebat?.

 Ini zaman revolusi industri 4.0, tidak selayaknya kita berpikir dan bertindak seperti pada zaman batu. Perubahan berlangsung sangat cepat dan bersifat eksponensial yang mengubah seluruh dimensi hidup kita. Teruslah belajar hal-hal baru, karena kalau kita lalai, pasti digilas oleh perubahan. Jadilah manusia hebat bukan manusia hiasa-biasa saja, apalagi manusia kerdil. Manusia hebat akan menghadirkan banyak manfaat bagi kehidupan, sementara manusia kerdil hanya akan menjadi beban dalam kehidupan. Punahkan jiwa kerdil anda sebelum anda sendiri yang punah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun