Saya juga dulunya berpikir bahwa Anies Baswedan adalah tokoh yang baik dan pantas suatu saat nanti menjadi presiden. Namun belakangan saya mulai berpikir sebaliknya. Hal ini dimulai dengan kinerjanya sebagai menteri pendidikan yang menurut saya sangat mengecewakan. Bagi para penggemar Anies Baswedan yang mengatakan bahwa kinerja Anies Baswedan cukup memuaskan, saya tantang dengan satu pertanyaan ini saja: sebutkan apa prestasi beliau sebagai menteri pendidikan, selain mengeluarkan instruksi anti perpeloncoan dalam MOS dan instruksi ortu mengantar anak di hari pertama sekolah.Â
Cuma sekedar mengeluarkan instruksi mah, siapapun juga bisa, gak perlu akademisi bergelar tinggi. Justru permasalahan akut dalam pendidikan Indonesia selama ini seperti rendahnya pendidikan budi pekerti, rendahkan pendidikan nasionalisme, dan kurikulum/materi sekolah yang terlalu menekan siswa sama sekali tidak diurus oleh Anies Baswedan ini. Kenapa zaman sekarang korupsi merajalela di bangsa ini di semua bidang, baik itu di kepolisian, di politik, di birokrat/PNS, di bidang ekonomi/bisnis, di bidang pengadilan dll? Karena orang Indonesia sedikit sekali diajari budi pekerti. Mereka dari SD langsung dijejali dengan materi-materi IPA dan matematika yang sangat berat. Kenapa banyak politisi dan birokrat bangsa ini yang korup dan malas bekerja, tidur-tiduran selagi sidang paripurna dsb? Karena rasa nasionalisme yang rendah. Mereka tidak memiliki rasa cinta tanah air.Â
Di negara-negara seperti Malaysia dan Tiongkok, para politisi dan birokratnya juga banyak sekali yang korup, namun negaranya tetap makin maju karena mereka sekalipun moralitasnya mungkin rendah, mereka juga bekerja keras untuk membangun bangsa. "KOruptor yang elegan", kalau mungkin boleh dibilang. Korupsi di satu sisi, namun bekerja keras untuk bangsa di sisi lain. TIdak seperti politisi Indonesia yang korup + tidak mau bekerja membangun bangsa. Menteri pendidikan baru kita, Muhadjir Effendy, setidaknya sudah memiliki usaha dan rencana untuk mengatasi persoalan ini, sekalipun caranya kontroversial: full day school. Meskipun konsep tersebut mengundang pro kontra, setidaknya ada usaha dari beliau, dibandingkan Anies Baswedan yang sama sekali tidak melakukan apa-apa.
Kurikulum pendidikan di Indonesia juga sangat buruk. Para siswa hanya dijejali dengan berbagai materi, dipaksa menghafalkan dan mampu mengerjakan soal-soal, tanpa pernah memahami apa esensi dari itu semua. Sama sekali tidak mengherankan para lulusan SMA kita mayoritas sudah lupa begitu saja materi-materi matematika, fisika dll yang mereka pelajari di bangku SMP dan SMA. Coba saja anda tanyakan pada para lulusan SMA jurusan IPA negeri ini, apakah mereka masih ingat materi-materi sistem pencenaan hewan, hukum newton, diferensial dan integral dll. 99% dari mereka pasti menjawab sudah lupa. DI negara-negara yang kurikulumnya terbaik sedunia seperti Korea Selatan, para siswa bukan cuma dididik untuk menghafalkan materi; mereka juga diharuskan memahami materi tersebut, harus bisa menjelaskan/mengajarkannya ke orang lain, bahkan juga harus bisa meyakinkan orang lain/memperdebatkan kebenaran/kesahihan materi tersebut. Indonesia tertinggal teramat jauh dalam hal ini; dan sama sekali tidak ada usaha yang dilakukan oleh Anies Baswedan untuk mengatasi hal ini.
Anies Baswedan belakangan ini menyoroti kualitas pendidikan di DKI dan mengatakan bahwa dirinya tergerak untuk memperbaikinya, sehingga beliau maju ke pilgub DKI. Beliau juga lantas membandingkan DKI dengan DIY yang katanya anggaran pendidikan per siswanya jauh lebih kecil namun kualitasnya jauh lebih baik dibanding DKI. Yang mengherankan, beliau berkata begitu tanpa memberikan bukti konkret bahwa pendidikan di DIY lebih baik daripada di DKI. Standar ukuran apa yang beliau gunakan? Jumlah sarjana yang dihasilkan? Rata-rata nilai UN? Atau gmana? Beliau sama sekali tidak menyebutkannya. Justru sejauh yang saya tahu selama ini, jelas pendidikan di DKI merupakan yang terbaik di INdonesia. Para perantau dari berbagai pelosok umumnya selalu memilih DKI untuk mendapatkan sekolah dan universitas terbaik. Saya tidak pernah menemukan ada teman saya yang memilih ke DIY dalam rangka mencari kualitas pendidikan terbaik.
Visi Anies Baswedan untuk memperbaiki pendidikan di DKI ini menurut saya juga sangat perlu dipertanyakan. Sejauh yang saya tahu, yang berwenang untuk memperbaiki kualitas sistem pendidikan, kurikulum, sistem pengajaran dll itu adalah menteri pendidikan, bukan kepala daerah. Sejauh yang saya tahu, wewenang Gubernur DKI paling-paling hanya mencakup infrastruktur pendidikan, seperti misalnya membangun sekolah, merenovasi gedung sekolah, menyediakan beasiswa dan pendidikan gratis, dll. Dan dalam hal itu, DKI jelas sudah cukup maju dibanding kebanyakan daerah lain di Indonesia.Â
Di DKI sudah ada banyak sekali sekolah berkualitas top, sudah ada program Kartu Jakarta Pintar, kualitas guru juga lebih tinggi dibanding kota-kota lain di Indonesia. Justru kalau memang ANies Baswedan hendak memperbaiki pendidikan di daerah, kenapa beliau tidak maju pilkada di daerah-daerah pelosok yang sistem pendidikannya masih sangat tertinggal? Di Papua dan Maluku misalnya? Di sana jumlah sekolah masih sangat kurang, kualitas infrastruktur sekolah yang ada juga sangat memprihatinkan. Tingkat buta huruf masyarakat masih sangat tinggi, jumlah guru yang ada masih sangat kurang, dsb. Pak Anies Baswedan, jika memang anda benar-benar hendak memajukan pendidikan, kenapa anda tidak maju pilkada di daerah sana saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H