Mohon tunggu...
Paulus Mandiara
Paulus Mandiara Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tantangan Perawat Profesional di Era Revolusi Industri 4.0

21 Desember 2019   19:41 Diperbarui: 14 April 2021   11:35 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemajuan dunia digital tidak hanya berdampak kepada teknologi dan kebutuhan masyarakat secara luas saja, tetapi juga berdampak ke dunia kesehatan. | pexels

Di era revolusi industry 4.0 saat ini fenomena teknologi yang penerapanya berpusat pada konsep otomatisasi yaitu teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasian membuat tingkat pengetahuan pasien  terhadap pelayanan kesehatan meningkat.

Hal ini pun berpegaruh terhadap pengetahuan pasien akan  pelayanan keperawatan, pasien menginginkan pelayanan keperawatan dapat memberikan kepuasan pasien yang lebih dari apa yang diharapkan.

Penerapan nilai nilai profesionalisme keperawatan menjadi tantangan tersendiri bagi seorang perawat di era revolusi industri sekarang ini. Perawat tidak lagi menjadi seorang asisten dari dokter yang lebih banyak memberikan palayanan secara cure tetapi perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan dengan Caring kepada pasien.

Caring merupakan pusat dari praktik keperawatan dan menjadi suatu cara pendekatan yang dinamis, yaitu perawat bekerja lebih meningkatkan kepedulian kepada pasien (Sartika dan Nanda, 2011).

Weis & Schank (2009) menyusun sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur nilai nilai profesionalisme seorang perawat yakni Nurse Profesional Values Scale -Revised (NPVS-R). instrumen ini disusun dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga tersusunlah 28 pernyataan positif dengan skala likert untuk faktor analisis yang merupakan turunan dari kode etik keperawatan.

Instrumen ini terdiri dari lima faktor analsis antara lain caring, activism, trust, profesionalisme dan justice. Nurse Profeisional Values Scale -Revised (NPVS-R) adalah sebuah instrumen yang berasal dan dikembangkan oleh asosiasi perawat kode etik di amerika yang di rancang untuk mengukur nilai nilai profesional perawat.

Selain lima faktor yang termasuk dalam nilai-nilai professional yang diukur dari NPVS-R, ada lima  faktor lain yang menurut ( Darwin 2014) juga termasuk dalam nilai-nilai profesional yang harus dimiliki oleh perawat, yaitu aesthetic, equality, human diginity, altruisme dan auton.  

Caring adalah suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, dedikasi ini diwujudkan melalui kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Perilaku caring ini akan tergambar dari hubungan perawat dan pasien yang bertujuan melindungi harkat dan martabat pasien sebagai manusia. Perilaku caring ini tidak hanya berfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan asuhan keperawatan namun lebih jahu pada sebuah proses interpersonal yang memberikan rasa damai, ikhlas dan tulus kepada pasien (Darwin dan Hardisman 2014).

Di era revolusi industri saat ini perawat diharapkan untuk tidak terbuai dengan kemudahan dan automatisasi. Di negara maju lainnya penggunaan robot dalam pemenuhan  kebutuhan dasar manusia sudah terjadi, asuhan keperawatan pun bisa dilakukan oleh robot. Robot bisa memiliki tiingkat akurasi yang baik sesuai perintah yang terprogram akan tetapi satu hal yang tidak dimiliki adalah humanism dan caring yang hanya ada dalam diri perawat yang profesional.

Activism yaitu peningkatan dan partisipasi dalam usaha menjaga kualitas pelayanan dan  kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Perawat memiliki keinginan untuk terus belajar untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan dan mengimplementasikan temuan riset terbaru dalam asuhan keperawatan.

Truth atau kebenaran yaitu kesesuaian dengan fakta dan realita yang ada. Dalam hal ini perawat mampu bersikap jujur, rasional, akuntabilitas, dan memiliki rasa ingin tahu. Perawat memiliki tangung jawab dalam memberikan informasi yang benar kepada pasien. Kejujuran ini yang bisa menimbulkan rasa percaya pasien terhadap perawat yang profeisonal.

Revolusi industri 4.0 juga  menjadi tantangan buat perawat selain daya saing yang unggul diperlukan kesadaran dan pola pikir dalam menyikapi perkembangan indutsri. Perawat melalui kesadaran dan kedewasaan dalam berfikir mampu menganalisi informasi sesuai dengan kebenaran yang ada.

Profesionalisme yaitu sikap profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menunjukan sikap simpati dan empati yang dapat berpengaruh terhadap kesembuhan pasien. Perawat yang profesional pun dituntut untuk mampu menguasai teknik komunikasi yang baik, mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi, serta memahami faktor- faktor yang menunjang dalam komunikasi (Asmadi, 2005).

Profeionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan pun mendapat pengaruh dari adanya revolusi industri saat ini. Perubahan kerja perawat yang menitikberatkan pada sistem kerja industri melalui kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang berkaitan dengan interaksi dengan pasien.  

Justice, perawat memberikan keadilan dengan menjaga prinsip prinsip etik dan legal. Perawat mampu menjunjung tinggi moral dan prinsip prinsip legal dan dalam keadilan ini perawat besikap objektiv, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran. Justice di era revolusi sebagai prinsip norma yang dibawah ke era automatisasi, keadilan merupakan peraturan atau norma yang menjadi panduan dari perubahan dinamika revolusi industri. Perawat memerlukan seperangkat norma baru yang dapat menyatukan dan mengintegrasikan perawat menjadi satu.

Aesthetic yakni tidak hanya dinilai dari penampilan seorang perawat yang rapi dan bersih tetapi perawat yang mampu memberikan kepuasan kepada pasien, lingkungan pasien dan lingkungan kerja perawat. Aesthetic adalah kualitas objek suatu peristiwa/kejadian, artinya seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian (Gitafarelya & Nurrobikha, 2018).

Pengaruh revolusi industri terhadap aesthetic perawat di era revolusi 5.0 perawat akan tergantikan dengan adanya robot, memberikan obat kepada pasien  bisa dilakukan oleh robot. Kehadiran perawat untuk berinteraksi dengan pasien  kedepan akan semakin berkurang seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.

 Equality, setiap pasien mempunyai hak dan status yang sama. Hak untuk menerima toleransi dan keadilan dalam pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk bertindak sesuai dengan perlakuan yang adil, terlepas dari status ekonomi, ras, etnis, usia, kewarganegaraan, kecatatan ataupun orientasi seksual (Bermen, Snyder, et al, 2015). 

Adil yang berarti tidak mendiskriminasikan pasien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, ekonomi tetapi memperlakukan pasien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Industri 4.0 ini memberikan dampak positif terhadap Patient Equality, pasien memiliki hak untuk mengatur dokter dan waktu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dari jarak jahu,  melakukan interaksi dengan tenaga kesehatan melalui media komunikasi internet yang berkembang saat ini.

Human Dignity adalah menghargai martabat dan keunikan pasien. Perawat mampu bersikap empathy, trust dan respectful. Contoh menghargai martabat pasien  adalah perawat mampu menjaga kerahasian pasien baik itu kerahasiaan penyakit atau apa pun yang terkait dengan kondisi kesehatan pasien.

Martabat manusia ini memiliki huubungan dengan penghargaan yang melekat terhadap martabat manusia sebagai individu, termasuk didalamnya yaitu kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan. Menghadapi tantangan besar yang akan terjadi di era revolusi perawat harus mampu memegang peran dan tanggung jawab terhadap pasien, perawat berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan bertanggung jawab dalam menhargai martabat pasien dan keluarganya.

Altruisme yakni perawat memiliki komitmen dan tekun dan bekerja keras untuk tetap caring kepada pasien. Altruisme ini tumbuh dalam diri perawat oleh karena dalam jiwanya tertanam nilai nilai yang esensial dari jati diri perawat yang profesional dengan payung kode etik keperawatan sehingga dalam menjalankan profesinya dengan sunguh sunguh dan berharap menganggkat citra perawat dimata masyarakat.

Dalam diri perawat yang menanamkan nilai altruisme tertanam konsep dan moto "Kuabdikan Sebagian Hidup Ini Demi Kemanusiaan" sehingga apappun bentuk kegi  atannya, jika ada unsur dapat meringankan penderitaan pasien maka jiwa altruisme akan memberikan pertolongan tanpa pamri ( Abdul & Sandu 2018).

Autonomi merupakan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri dan didalam praktik keperawatan perawat mampu memberikan kebebasan kepada klien untuk menentukan perawatan apa yang terbaik untuk diri pasien itu sendiri. Didalam sikap autonomi ada komponen yang terkandung didalamnya antara lain keyakinan, harapan, kemandirian, keeterbukaan dan disiplin diri. Perawat harus menunjukan sikap terbuka dan percaya diri serta selalu menyerahkan keputusan diri pasien sendiri serta menghargai apa pun keputusannya.

Dampak yang terjadi di industri 4.0 menuju industri 5.0 terhadap keperawatan adalah munculnya teknologi perawat robot  atau robot nurse. Negara jepang mengembangkan perawat robot ini dan memberi nama RIBA ( Robot For Interactiv Body Assitance).  Robot ini mampu mengangkat pasien dari dan ke tempat tidur, pindah ke kursi roda dan ke toilet serta mampu mengenali suara. Perawat robot ini bahkan mampu memandikan pasien dengan dilengkapi sensor yang mampu mendeteksi lokasi tubuh pasien mana yang perlu dimandikan.

Akan tetapi secanggih apa pun perawat robot ini caring perawat tidak akan tergantikan. Sentuhan terapeutik dalam pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio- spritual pasien adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh perawat robot. Selain itu hal lain yang tidak bisa dilakukan perawat robot adalah perawat yang mampu memberikan informasi, memberikan edukasi, konselor, dan membela serta melindungi hak- hak pasien.

Perawat yang profesional akan selalu memaksimalkan perannya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan berpegang pada nilai nilai profesionalisme dan mampu menerapkan untukk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Perawat yang memiliki profesionalitas tidak akan tertinggal atau tergantikan dengan teknologi mesin atau robot, secanggih apa pun mesin itu bekerja.  Teruslah menanamkan nilai nilai profesionalisme dalam pelayanan kesehatan untuk menjadi perawat yang profesional.    

DAFTAR PUSTAKA

  1. Hartiti, T. (2018). http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/125
  2. Sartika, Nanda. (2011). Konsep Caring. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
  3. Farelya, Nurrobhika. (2018). Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Deepublis.
  4. Muhith, A. Siyoto, S. (2018). Aplikasi Komunikasi Teraputik Nursing & Health. Yogyakarta : Andi.
  5. Berman, A.  Snyder, S. Frandsen, G. (2015). Fundamentals of Nursing.  New york : Pearson.
  6. Darwin, E. Hardisman. (2014). Etika Profesi Keperawatan. Yogyakarta : Deepublis.  
  7. Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta  : Buku Kedokteran EGC.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun