Tiba-tiba rindu berjatuhan pada dapur emak
Dapur emak merasuk dalam kalbu
Aku hanya bisa menanak puisi padanya tentang tungku yang tak pernah padam dalam tungku imajinasiku
Pagi yang dingin
Aku terbangun dengan remah-remah mimpi masih berhamburan dalam kepala
Yang begitu sempurnah memanjakan mata
Aku disuguhkan dengan pemandangan yang sempurna
Dengan aroma yang terus menusuk-nusuk lambung
Dihadapan tungku emak aku bagaikan bayi yang merengek minta susu
Sungguh hangantnya dapur emak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!