Mohon tunggu...
Paulus Aidant Wardojo
Paulus Aidant Wardojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Murid

Seorang murid dari SMA Kanisius.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini untuk Opini Anekdot dari Bapak Ari Indarto

20 Mei 2023   14:16 Diperbarui: 20 Mei 2023   14:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gus Dur merupakan seorang tokoh presiden di Indonesia yang terkenal dengan cerita-cerita anekdotnya yang mengandung humor. Meski demikian dirinya merupakan seorang yang cerdas dan produktif. Di tangan yang tepat, humor dapat menjadi instrumen yang kuat untuk menyampaikan banyak hal. Ini dapat dilihat dari kasus yang terdapat dalam teks dimana anekdot, di tangan Gus Dur, memiliki humor yang tidak hanya bertujuan untuk memicu tawa, namun juga mengkritik perihal tertentu.

Teks anekdot sendiri merupakan teks yang bersifat humoris. Tidak hanya itu, yang lebih utama dalam tujuan teks ini adalah memberi pesan, kritik, atau sindiran kepada pihak tertentu. Teks anekdot merupakan media sangat efektif yang mempergunakan konsep humor sebagai perantara.

Adapula teks anekdot berikut :

Berjalan ke ujung dermaga, sepasang teman saling berkasak-kusuk. Sudah lama berjalan menikmati angin siur di kala matahari tepat berada di garis laut. Namun bukanlah demikian maksud mereka menghabiskan hari Minggu di luar rumah.

"Masa iya, sih?" Yang satu bertanya.

"Kok ya iya, sih? Ya iya dong!"

"Tapi masalahnya kamu aja dari kemarin kerjaannya duduk di pojok kosan."

"Emang duduk, tapi saya produktif. Kontak nih anak yang dari Kanisius!"

"Hehh... berapa lama udah kontakan?"

"Ya cukup lama. Setengah tahun kali. Tenang aja deh, kita udah sering kok ketemuan."

"Di mana orangnya?"

Ditunjuk seorang pria berdiri di pinggir dermaga. Entah maksudnya melakukan demikian, padahal ombak tengah kencang membasahi daratan. Kombinasi susunan awan mengisi langit bersama sang surya yang tepat berada di depannya menjadikan pandangan begitu apik, semacam dengan adegan sinetron.

Tapi si satu teman yang bukan punya pasangan memasang matanya ke belakang kepala pria. Rambut berbentuk macam bukit, melengkung ke dua arah berlawanan membentuk huruf 'M', berwarna hitam pekat. Tidak lepek atau kering walau di kawasan yang begitu asin.

"Itu?"

"Iye."

"Buset."

"Buset kenapa?"

"Dia... K... Pop?"

Melihat temannya gagap berbicara, si yang punya pasangan memanggil pria tersebut, "Hey Peter!"

Peter berbalik badan. Begitu terlihat wajahnya, yang hilang bicara langsung kecewa. Wajahnya sama saja seperti orang Cina yang sering dia lihat di Pancoran. Pipinya pipih, tidak tembem. Komponen hidung dan mulut tidak tersusun rapi seperti yang sering terlihat dalam televisi.

Lantas dia pun bicara, "Yah. Kpop lokal?"

Secara singkat teks tersebut menyindir seorang Peter karena rambutnya mirip rambut seorang anggota band dari Korea. Tidak semua sindiran dalam teks anekdot merupakan permasalahan yang perlu diatasi, terkadang cukup sindiran belaka.

Begitulah fungsi utama dari teks anekdot---untuk menyampaikan kritik. Walau semua teks anekdot mengandung unsur humor, semuanya memiliki fungsi utama yang sama. Dengan adanya humor, kritik dan sindiran dapat disampaikan dalam maksud yang tidak ofensif. Demikian kritik dapat tersampaikan dengan mudah dimengerti.

Dalam hidup sehari-hari kita disuguhkan berbagai lingkungan dengan isi-isinya. Seperti negara Indonesia bersama dengan aturan dan pemerintahannya. Sebagai individu yang hidup di dalam lingkungan, kita harus peka terhadap permasalahan di lingkungan sekitar. Adanya teks anekdot memungkinkan kritik-kritik bersifat lebih ringan dengan bantuan humor sehingga jauh lebih mudah diakses bagi orang banyak untuk mengkritik suatu permasalahan.

Jadi, teks anekdot merupakan media yang sangat cocok bagi seseorang untuk memberi kritik atau sindiran. Humor memang merupakan alat sangat baik untuk menyampaikan perihal yang tanpanya dianggap sulit. Sebagai individu bertanggung jawab hendaknya kita bertanggung jawab dalam penulisan teks-teks anekdot. Jangan jadikan humor perisai dalam material yang tidak bisa dipertanggung jawabkan karena pada akhirnya, teks anekdot merupakan salah satu media dari sekian banyaknya cara menyampaikan kritik.

MKBS/X1/23

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun