Naik pesawat international bagi sebagian orang sudah menjadi hal biasa. Entah itu untuk urusan bisnis, kunjungan keluarga ataupun traveling. Beragam fasilitas & pelayanan yang menarik bisa kita rasakan di dalamnya. Namun apakah pengalaman yang sama bisa didapat tatkala terbang dalam situasi pandemi saat ini? Bagaimana juga kondisi di Bandara Soekarno Hatta serta di Bandara Turki? Penasaran kan? Simak terus tulisan ini sampai habis.Â
Saya bertugas sebagai tour leader untuk membawa sebuah keluarga tour ziarah Tujuh Gereja Perdana di Turki. Karena itu kami menggunakan pesawat Turkish Airlines. Tournya sendiri berlangsung 10 hari, dimulai 23 Desember 2020. Group tour ini diatur oleh Christour, sebuah travel agen yang sudah berpengalaman dalam pelayanan tour ziarah.
Sebagai seorang tour leader yang biasa wara-wiri mengantar peserta tour ke luar negeri, pengalaman terbang kembali setelah vakum karena pandemi membawa suasana hati yang campur-campur. Antara senang karena sudah ada group berangkat dan penasaran karena pastinya akan ada banyak perubahan akibat pandemi. Itu yang dirasa tatkala kaki kembali menyentuh lantai terminal 3 ultimate, Bandara Soekarno Hatta.
Situasi terminal 3 pada pukul 18.00 WIB tidak seramai pada masa sebelum pandemi. Biasanya kalau sudah masuk periode libur Natal & Tahun Baru penuh dengan orang yang pergi liburan. Saat itu semua orang yang saya temui dipastikan memakai masker. Beberapa malah terlihat memakai masker dan juga pelindung wajah (face shield).
Hal berbeda yang terlihat adalah adanya spot-spot tempat cuci tangan berupa hand sanitizer. Selain itu juga tanda peringatan 3M hampir ada di setiap tempat sebagai reminder untuk selalu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Ada hal baru juga yang saya lihat di sana. Tepatnya di tengah terminal tiga terdapat beberapa meja dengan dibatasi plastik di depan petugas. Di tempat itu para calon penumpang harus menunjukkan hasil tes covid untuk divalidasi oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Setelah dicek & diberi stempel oleh petugas, baru menuju ke counter airlines untuk proses cek in. Saat itu tidak terlihat antrian, hanya satu dua orang yang tengah dilayani.
Sesuai dengan jam yang telah disepakati, delapan orang, termasuk saya, sudah berkumpul di depan sebuah restaurant sate untuk absen dan pemasangan label tas. Tidak lupa kami berdoa bersama untuk keselamatan perjalanan.
Setelah itu peserta beserta dengan kopernya saya ajak ke counter cek in untuk profiling. Dalam proses cek in tidak ada yang berbeda dengan sebelum pandemi.
Selesai cek in dan bagasi sudah masuk, kami mendapat boarding pass. Proses di bagian security & imigrasi juga masih sama seperti sebelum pandemi.
Di lokasi Gate tidak banyak toko atau restoran yang buka. Kebanyakan tutup dengan tulisan temporary close. Melihat itu rasanya sedih ya…tersadar efek pandemi begitu luas sampai berimbas ke bandara international yang merupakan ‘etalase’ paling depan sebuah negara.
Etalase depannya saja sudah kena dampak, bisa bayangkan bagian dalamnya lebih kena dampak lagi. Yah itulah realita efek pandemi. Berharap si Mbak Corona lekas lenyap dari muka bumi ini…