Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah 5 Perilaku Faktual Melahirkan Pancasila di Tahun Kedua Pandemi Covid-19

1 Juni 2021   19:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   19:29 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr Adib Khumaidi SpOT, Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merilis, sejak Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021, tenaga kesehatan (Nakes)  yang wafat akibat Covid-19 mencapai total 647 orang (Kompas.com, 28/2021).

Ini adalah kenyataan yang kita hadapi. Sejak awal pandemi, mereka (termasuk semua Nakes di Tanah Air) mempertaruhkan nyawa berada di garda depan. Mereka harus berjuang menyelamatkan nyawa sesamanya, tanpa mempedulikan keselamatan diri.

Menghargai jasa Penggagas Pancasila dalam konteks pandemi adalah menghargai jasa para tenaga kesehatan (nakes) yang gugur dalam menangani pasien Covid-19. Bentuk penghargaan adalah mendoakan para nakes agar Allah berkenan menerima mereka dalam kebahagiaan surga. Kepada keluarga yang ditinggalkan agar Allah memberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini. 

Bentuk penghargaan lain adalah kita, segenap warga berdisiplin diri, patuh terhadap protokol kesehatan. Dengan begitu, kita ikut membantu pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran virus. Hal ini pada akhirnya mengurangi beban kerja para Nakes di rumah-rumah sakit dan puskesmas-puskesmas.

Memperbesar Iman

Karena kelemahan kita, kedosaan kita, iman kita tergerus. Ibarat sebelum pandemi iman sebesar gunung, selama pandemi terkikis sedikit demi sedikit hingga sebesar bola pimpong.  Iman menjadi kecil dan kerdil. Akibatnya, kita putus asa, bahkan berbalik dari Tuhan. 

Rasa putus asa itu terjadi karena ada anggota keluarga terpapar Covid-19, bahkan ada yang meninggal, kendati keluarga tak putus-putusnya berdoa setiap hari. Harapan agar Tuhan menjauhkan keluarga dari virus Corona, ternyata gagal. Pandemi juga mengakibatkan anggota keluarga terkena PHK. Terpaksa keluarga berhutang bahkan kesulitan membayar hutang akibat pendapatan semakin berkurang selama pandemi. Apakah kita terus terpuruk dalam situasi ini? Tidak!

Momentum Hari Lahir Pancasila menginspirasi kita memperbesar Iman kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai bangsa ber-Tuhan Yang Maha Esa, kita serahkan seluruh hidup pribadi kita, kehidupan bangsa kita dalam penyelenggaraan Ilahi-Nya. Kepasrahan ini akan membuat kita tenang menghadapi berbagai cobaan hidup. Kepasrahan juga berarti membiarkan Tuhan menuntun hati, pikiran, perasaan dan tindak langkah kita agar selalu berjalan pada arah yang benar.

Momentum ini juga menginspirasi kita sebagai sesama anak bangsa untuk saling menghargai perbedaan agama. Kita bangun kembali sikap saling menghormati dan menyuburkan kembali toleransi antarumat beragama. 

Ibarat badan pakaian. Badan kita tetap satu meski pakaian kita berganti-ganti sepanjang hayat. Meski agama kita berbeda-beda, tujuan kita semua adalah satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

                                   ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun