Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah 5 Perilaku Faktual Melahirkan Pancasila di Tahun Kedua Pandemi Covid-19

1 Juni 2021   19:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   19:29 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Lahir Pancasila (Tribunnews.com)

Hari ini adalah hari libur nasional untuk memperingati Hari Lahir Pancasila. Begitu pentingnya maka negara meliburkan seluruh warga negara dari pekerjaan rutinnya. Tujuan mulia dari hari libur ini adalah memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah menggagas Pancasila sebagai dasar negara. Tujuan kedua adalah memberikan kesempatan kepada segenap bangsa untuk memaknai kembali nilai-nilai luhur kelima sila dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Salah satu cara untuk berbagi ucapan selamat adalah membuat twibbon-twibbon yang menjadi viral di media sosial.

Bagi saya, peringatan ini hendaknya bukan sekadar peringatan yang bersifat rutin setiap tahun. Dalam konteks bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi pandemi Covid-19, peringatan tahun ini sebagai momen istimewa. Peringatan dalam masa kedua tahun Covid-19 dimaknai sebagai momentum untuk melahirkan kembali Pancasila dalam diri setiap warga negara untuk menghadapi pandemi Covid-19 secara bersama-sama. Artinya, melalui peringatan ini, kita mengekspresikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila dalam "meneggelamkan" virus corona dari bumi Indonesia. 

Berikut 5 perilaku faktual yang menjadi indikator bagi kita dalam memaknai Hari Lahir Pancasila.

Mendukung pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19

Momentum peringatan Hari Lahir Pancasila membangkitkan kesadaran kita untuk mendukung usaha pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19. Kita secara sadar untuk membangun karakter disiplin diri dalam memutus rantai penularan virus Corona.  Kita bertekad untuk mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker. 

Tidak menyebarkan Informasi hoax

Melansir Tribunnews.com, 9/3/2021, Staf Khusus Menteri Kominfo Dedy Permadi mengungkapkan, selama pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, Kominfo mencatat sekitar 2.686 isu hoax tersebar dalam empat platform media sosial, yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube. 

Adapun perinciannya, 2.117 konten melalui Facebook, 496 konten melalui Twitter,  24 konten melalui Instagram, dan 49 konten melalui Youtube.

Konten-konten hoax tersebut sangat berdampak negatif dalam upaya bangsa kita memerangi pandemi. 

Pertama, Informasi hoax menimbulkan keresahan dalam masyarakat, seperti pesan berantai yang menyebut Kota Malang sebagai zona hitam Covid-19; Corona merupakan virus yang paling berbahaya yang pernah ada.

Kedua, memecah perhatian pemerintah dalam menangani pandemi, seperti: Corona virus adalah bohong, bukan dari virus tapi dari bakteri; virus Corona diciptakan Tiongkok; virus Corona tidak lebih buruk dari flu biasa; pasien Covid-19 tidak dapat tertular/terinfeksi kembali karena sudah memiliki kekebalan.

Ketiga, upaya "membodohi"  masyarakat, seperti virus Covid-19 dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, melalui barang produksi impor seperti ponsel dari China; hewan peliharaan dapat menyebarkan virus Covid-19; minum alkohol dapat menyembuhkan infeksi; atau merokok sebagai cara mencegah virus Corona

Semua informasi hoax Menggiring opini masyarakat akan upaya pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19. Apalagi dikaitkan dengan dunia politik. Informasi hoax bisa menimbulkan opini-opini negatif di antara pemerintah dan pihak oposisi. Biasanya dalam konstelasi politik, masyarakat, khususnya masyarakat bawah dengan gampang terbawa arus pihak yang lebih gencar tampil di media sosial.

Memaknai Hari Lahir Pancasila pada tahun kedua pandemi ini adalah kelahiran kita sebagai bangsa dari pemikiran-pemikiran sempit. Kita bertekad keluar dari kepuasan diri ketika berhasil menyebarkan berita yang meresahkan masyarakat, berita yang berusaha mengacaukan program pemerintah, dan usaha "membodohi" masyarakat.

Maka, sikap bijak dalam membagi informasi di media sosial sangatlah diharapkan. Kita hendaknya menyebarkan informasi-informasi yang bersifat menyejukkan hati. Kita menyebarkan konten-konten yang mendorong masyarakat agar berdisiplin diri sehingga terhindar dari virus Corona.

Membangun solidaritas dengan sesama

Dampak pandemi Covid-19 bukan saja terhadap kesehatan, melainkan juga terhadap  bidang kehidupan lain seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya. Yang paling terdampak saat ini adalah masyarakat kecil atau masyarakat bawah yang terancam kemiskinan sebagai akibat kehilangan pekerjaan.

Kelahiran Pancasila menjadi momen bagi untuk membangun solidaritas dengan mereka tanpa batas suku, agama, ras, atau tanpa mengibarkan bendera partai dan agama. Kita bangkit dari keegoisan diri atau golongan, lalu saling menerima, saling bergotong royong dalam meringankan penderitaan mereka. 

Bentuk solidaritas yang bisa kita wujudkan seperti membagikan masker, hand sanitizer, atau bahan-bahan kebutuhan pokok.

Menghargai Perjuangan Nakes

Dr Adib Khumaidi SpOT, Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merilis, sejak Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021, tenaga kesehatan (Nakes)  yang wafat akibat Covid-19 mencapai total 647 orang (Kompas.com, 28/2021).

Ini adalah kenyataan yang kita hadapi. Sejak awal pandemi, mereka (termasuk semua Nakes di Tanah Air) mempertaruhkan nyawa berada di garda depan. Mereka harus berjuang menyelamatkan nyawa sesamanya, tanpa mempedulikan keselamatan diri.

Menghargai jasa Penggagas Pancasila dalam konteks pandemi adalah menghargai jasa para tenaga kesehatan (nakes) yang gugur dalam menangani pasien Covid-19. Bentuk penghargaan adalah mendoakan para nakes agar Allah berkenan menerima mereka dalam kebahagiaan surga. Kepada keluarga yang ditinggalkan agar Allah memberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini. 

Bentuk penghargaan lain adalah kita, segenap warga berdisiplin diri, patuh terhadap protokol kesehatan. Dengan begitu, kita ikut membantu pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran virus. Hal ini pada akhirnya mengurangi beban kerja para Nakes di rumah-rumah sakit dan puskesmas-puskesmas.

Memperbesar Iman

Karena kelemahan kita, kedosaan kita, iman kita tergerus. Ibarat sebelum pandemi iman sebesar gunung, selama pandemi terkikis sedikit demi sedikit hingga sebesar bola pimpong.  Iman menjadi kecil dan kerdil. Akibatnya, kita putus asa, bahkan berbalik dari Tuhan. 

Rasa putus asa itu terjadi karena ada anggota keluarga terpapar Covid-19, bahkan ada yang meninggal, kendati keluarga tak putus-putusnya berdoa setiap hari. Harapan agar Tuhan menjauhkan keluarga dari virus Corona, ternyata gagal. Pandemi juga mengakibatkan anggota keluarga terkena PHK. Terpaksa keluarga berhutang bahkan kesulitan membayar hutang akibat pendapatan semakin berkurang selama pandemi. Apakah kita terus terpuruk dalam situasi ini? Tidak!

Momentum Hari Lahir Pancasila menginspirasi kita memperbesar Iman kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai bangsa ber-Tuhan Yang Maha Esa, kita serahkan seluruh hidup pribadi kita, kehidupan bangsa kita dalam penyelenggaraan Ilahi-Nya. Kepasrahan ini akan membuat kita tenang menghadapi berbagai cobaan hidup. Kepasrahan juga berarti membiarkan Tuhan menuntun hati, pikiran, perasaan dan tindak langkah kita agar selalu berjalan pada arah yang benar.

Momentum ini juga menginspirasi kita sebagai sesama anak bangsa untuk saling menghargai perbedaan agama. Kita bangun kembali sikap saling menghormati dan menyuburkan kembali toleransi antarumat beragama. 

Ibarat badan pakaian. Badan kita tetap satu meski pakaian kita berganti-ganti sepanjang hayat. Meski agama kita berbeda-beda, tujuan kita semua adalah satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

                                   ***

Mengakhiri tulisan ini, saya menyimpulkan dua hal. Pertama, Hari Lahir Pancasila yang kita peringati hari ini hendaknya dimaknai dalam konteks bangsa kita yang sedang berjuang memerangi pandemi Covid-19. Kedua, momentum ini menginspirasi kita sebagai anak-anak bangsa untuk mulai mengambil langkah- faktual untuk memutus rantai penyebaran virus.  Langkah-langkah itu: (1) mendukung pemerintah dengan menjalankan prokes, (2) tidak menyebarkan informasi hoax, (3) membangun solidaritas dengan sesama, (4) menghargai perjuangan Nakes, dan (5) memperbesar iman.

Jakarta, 0106021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun