#2 Cinta perkawinan bertumbuh sepanjang hayat.
Kalau dibilang kadar cinta pasangan Pak Bondan dan Ibu Citra lebih besar dibandingkan pasangan Pak Ekayana dan Ibu Sumarni, ya, boleh-boleh saja.Â
"Benar, nih, Bon, lo benar-benar mencintai calonmu itu?" Tanya orangtua Bondan ketika itu. Mungkin nada serupa juga berlaku terhadap Citra muda. Tentu jawaban kedua orang muda itu sama. "Benar, Beh."
Jelas, cinta sudah bertumbuh di antara mereka. Maka, modal awal itu memotivasi pasangan muda melangkah menaiki bahtera kehidupan bersama.
Bisa saja berbeda dengan Mas Ekayana dan Mbak Sumarni. Kadar cinta tergantung berapa lama mereka sudah berkenalan. Semakin lama orang tua mengulurkan waktu pernikahan, semakin lama pasangan muda itu saling menyelami dan menumbuhkan rasa cinta.Â
Tapi, sudahlah! Yang penting, dijodohkan atau tidak, sudah ada cinta di antara kedua pasangan muda itu. Sama-sama mereka akhirnya memutuskan untuk dipersatukan oleh Allah di depan pejabat agama, seperti penghulu atau pastor.Â
Kesimpulan: kadar cinta setiap pasangan ketika memasuki jenjang rumah tangga sudah pasti berbeda-beda. Tidak masalah, dijodohkan atau pilihan sendiri. Kadar awal itu akan semakin bertumbuh sepanjang jalan perkawinan,Â
                  ***
Akhirnya, saya menyimpulkan, perkawinan melalui perjodohan atau atas pilihan sendiri bukanlah masalah. Semua perkawinan bisa langgeng, bisa juga buntu lalu masing-masing berjalan berlawanan arah. Satu ke utara satunya lagi ke selatan. Nyatanya, banyak pasangan dari hasil perjodohan hidup langgeng dan bahagia.Â
Inilah modal kelanggengan dan kebahagiaan, yaitu tali kesalingan.Â
Saling menerima.