Suka berhutang
Apabila ada benarnya omongan tetangga di atas, marilah kita memperbaikinya.Tidak perlu kita membela diri dengan mengatakan "uruslah keluargamu sendiri!", atau "jangan mencampuri ususan keluarga saya!". Omongan tidak pernah akan berhenti jika tidak kita mulai dengan mengubah diri kita sendiri.Â
Mawas DiriÂ
Bagaimana kalau omongan tetangga itu tidak benar?Â
Ada pelajaran berharga dari omongan tetangga. Pertama, kita bisa mempelajari karakter tetangga kita. Ternyata tetangga kita termasuk orang yang iri hati, tidak suka melihat orang lain sukses, pendendam, tidak realistis, suka berangan-angan, dan sebagainya. Dengan mengetahui karakteristik tetangga seperti itu, kita semakin mawas diri. Kita bisa membawa diri dalam pergaulan sehari-hari dengan menjaga tutur kata dan perbuatan yang sopan, ramah, dan rendah hati. Dengan demikian, kita semakin dihormati, disegani, bahkan diberi kepercayaan dalam tugas kemasyarakatan tertentu.
Sebagai penutup, saya menggaris bawahi, omongan tetangga adalah fenomena biasa dalam hidup bertetangga. Omongan tetangga seperti dua mata koin yang tak terpisahkan. Jika omongan itu benar, marilah kita jadikan itu sebagai cerminan hidup, yakni bahan refleksi agar ke depan hidup bertetangga menjadi lebih rukun. Sebaliknya jika omongan itu tidak benar, kita jadikan sebagai pelajaran berharga untuk semakin mengenal karakter tetangga kita. Kita semakin bisa membawa diri dalam menciptakan hubungan yang rukun dan harmonis.
Semoga.
Jakarta, 0305021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H