Di sisi lain, bisa saja acara perpisahan ini dipakai sebagai alasan oleh siswa untuk keluar dari "kungkungannya", yaitu berada di rumah dan mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dengan begitu, mereka bisa berkumpul lagi bersama guna melampiaskan rasa kangen, kegembiraan dalam ngobrol dan canda ria.
Gejala Euforia VaksinÂ
Satu persoalan yang saat ini menjadi topik hangat pembicaraan di media sosial adalah euforia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), euforia artinya perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan.Â
Kita hendaknya belajar dari negara India saat ini. India tengah menderita tsunami Covid-19 gelombang kedua. Ribuan warga terpapar Covid-19. Ribuan pula yang meninggal dunia sebagai akibat tidak memadainya fasilitas kesehatan (faskes).Â
Begitu banyak warga terlantar di luar rumah sakit dan akhirnya meregang nyawa. Penyebab utamanya adalah euforia warga negara maupun pemerintah.Â
Perasaan nyaman bahwa mereka sudah berhasil memutus mata rantai penyebaran virus corona membuat negara ini lengah. Mereka mengabaikan prokes dengan melakukan kegiatan-kegiatan massal. Mereka tidak mengantisipasi munculnya varian baru Covid-19 B117 dan B1617.
Kita tentu tidak menghendaki euforia ini terjadi pada masyarakat Indonesia. Namun, kenyataan di dalam masyarakat sudah menjadi indikasi ke arah itu sejak mendapatkan vaksin.Â
Vaksinasi menjadi alasan untuk berkumpul. Padahal, vaksinasi bukan menjadi jaminan bahwa seseorang itu sudah kebal terhadap virus corona. Vaksinasi hanya sebagai tameng.Â
Sebagaimana sebuah tameng, senjata masih bisa menembus dan mengenai seseorang jika ia tidak pandai memakai tameng tersebut. Demikian halnya dengan vaksinasi. Karenanya, biarpun sudah divaksin dua kali, kita tetap menjaga prokes secara ketat.
Dalam hal perpisahan sekolah pun indikasi euforia hadir di sana. Sekolah dan siswa sepakat untuk patuh pada aturan yang dibuat bersama. Guru, siswa, karyawan, dan tamu undangan boleh hadir pada acara kegembiraan itu asalkan mematuhi aturan ini: