"Ah, kamu masih anak kemarin", dan sederet bahasa pelemahan lainnya.
Selanjutnya, anak bawang ini masuk dalam permainan si senior. Ia selalu berada dalam genggaman si senior. Ia selalu taat dan patuh terhadap apapun yang dikatakan atau diperintahkan kepadanya. Maka, tidak berlebihan kalau anak bawang ini selalu berada "di bawah ketiak" sang serior.
Anak Bawang dan Dampaknya
Memperlakukan karyawan baru sebagai anak bawang menciptakan kondisi kerja tidak sehat.Â
Pertama, hidup dalam kebohongan. Hubungan yang begitu dekat antara anak bawang dan seniornya melahirkan kebohongan-kebohongan, puji memuji yang semu di depan sesama karyawan lainnya. Sang senior selalu mendeklarasikan kehebatan dan kelebihan anak bawangnya. Demikian juga, anak bawang menyatakan  kehebatan dan prestasi seniornya meskipun pada kenyataaannya tidak demikian. Kebohongan itu pula menciptakan pergaulan yang inklusif. Muncullah sikap menyangsikan bahkan meremehkan  kehebatan atau prestasi karyawan lain.
Kedua, pembunuhan karakter. Menjadikan karyawan baru sebagai anak bawang adalah pembubuhan karakter karyawan tersebut. Karyawan baru tidak diberi kesempatan untuk menumbuhkembangkan karakter pribadinya; tidak diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai hidup di dalam lingkungan kerja. Konkretnya,  sang senior secara sadar atau tidak, telah memudarkan  karakter percaya diri, bersikap kritis, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif, serta kebebasan berpendapat atau berinisiatif pada anak bawangnya.
Kesimpulan
Predikat anak bawang diberikan oleh karyawan senior kepada karya baru dalam suatu lembaga kerja. Predikat ini bisa terjadi karena karyawan baru belum atau kurang memiliki kecerdasan pengetahuan, keterampilan dan spiritual. Di sini lain, anak bawang pun "tercipta" karena adanya kepentingan tertentu dari karyawan senior, bahkan pemimpin. Kondisi seperti ini menciptakan iklim kerja yang tidak sehat. Karenanya, jika anak bawang ini masih "menggema" di lingkungan kerja, segeralah ditangani oleh pemangku kepentingan. Karena lambat laun, terjadi perpecahan di dalam lembaga kerja dan secara perlahan menggiringnya ke ambang kehancuram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H