Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagianya Mempunyai Istri yang Pandai Memasak di Masa Covid-19

26 Mei 2020   07:03 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:03 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti menyukai makanan yang enak. Tetapi untuk mengasilkan makanan yang enak butuh keahlian tertentu, butuh seseorang yang pintar memasak. Apalagi makanan yang enak itu adalah masakan seorang istri, sungguh membahagiakan suami dan anak-anaknya.

Masakan yang  enak tentu menimbulkan kepuasan dan kebanggaan di hati istri. Sebaliknya, maksakan yang tidak enak mendatangkan kekecewaan bagi suami dan anak-anak. Kekecewaan ini jika tidak segera dicari jalan keluarnya, dapat menimbulkan keributan, bahkan membawa mala petaka dalam rumah tangga. Banyak rumah tangga yang akhirnya hancur gara-gara masakan istri. Kita bisa melihat bebarapa contoh kasus berikut ini.

* Seorang istri menggugat cerai suaminya gara-gara suami cerewet dengan masakannya. Suami selalu menuduh sang istri memasak tanpa perasaan        sehingga masakannya tidak sesuai dengan cita rasanya (Sumutpos.co, 25/4/2017).

* Di Desa Kapasiran, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, seorang Istri Dianiaya Suaminya karena tidak pandai memasak (Popmama.com, 6/5/2020).

* Seorang warga di Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri menggunakan seutas tali di dalam      rumahnya, karena korban tidak suka dengan masakan istrinya (Tabengan Online, 18/1/2020).

Di masa pandemi virus corona peran istri sebagai ibu rumah tangga semakin besar. Kebijakan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, semakin memperbesar kesempatan istri untuk mengurus rumah tangga, termasuk memasak.

Tentu berbeda dengan istri yang tidak biasa memasak di rumah, entah karena tidak terampil memasak, karena kebiasaan keluarga makan di luar rumah, memesan makanan via daring, atau karena istri yang pada dasarnya tidak mau memasak.

Namun, bagi istri yang suka memasak, memasak selama masa pandemi virus corona menjadi kegiatan yang sangat berarti. Memasak tidak saja dipandang sebagai sebuah kewajiban dan rutinitas seorang istri. Lebih dari itu, memasak merupakan perwujudan cinta seorang istri bagi kebahagiaan keluarga. Patrick Wanis, Ph.D., seorang pakar hubungan dan percintaan mengatakan bahwa memasak adalah ekspresi cinta dan kasih sayang seseorang. Kenikmatannya terletak pada proses persiapan, memasak, hingga menyajikan (Diadona.id, 2/4/2020).

Berbagi Peran dalam Keluarga

Masa tinggal di rumah menjadi sangat bermakna jika pekerjaan di rumah ditangani bersama. Dalam suasana kekeluargaan, keluarga berkompromi, membagi tugas kepada setiap anggota untuk menangani bidang pekerjaan tertentu. Anak yang satu bisa menyapu, anak yang lain mengepel atau menyeterika pakaian. Suami mencuci pakaian atau menyeterika. Istri memasak di dapur. Alangkah bahagianya!

Alangkah bahagianya seorang suami yang mempunyai istri yang pandai memasak di masa pandemi Covid-19 ini.

Memperbesar Cinta Istri akan Suami dan Anak-anak

Memasak dengan memperhatikan selera atau cita rasa suami dan anak-anak tidaklah mudah. Karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan masakan yang enak merupakan perwujudan rasa cinta seorang istri. Karena cinta kepada keluarga, ia mengorbankan kesenangan pribadinya untuk tidak berleha-leha di tempat tidur atau duduk di depan televisi. Sebaliknya, dengan hati yang tulus, ia mondar-mandir di dapur menyiapkan makanan terbaik untuk keluarga. Ia mempertaruhkan pikiran, keterampilan dan naluri keibuannya untuk menghidangkan makanan yang lezat di meja makan.  

Memupuk Kebersamaan di Meja Makan

Menikmati hidangan yang dimasak istri di meja makan secara bersama-sama sangat berguna dalam memupuk kebersamaan dan berbagi kasih. Banyak-sedikitnya hidangan bisa dinikmati bersama dalam suasana kekeluargaan. Kesempatan ini juga dipakai untuk berkomunikasi antaranggota keluarga. Di sinilah fungsi meja makan sebagai tempat berbagi kasih dan tempat menyelesaikan segala persoalan keluarga.

Suami Betah Tinggal di Rumah

Persoalan dalam rumah tangga yang tidak segera dipecahkan seringkali mengakibatkan suasana dalam rumah tangga yang tidak kondusif. Salah satunya adalah suami yang mencari pelampiasannya di luar rumah, seperti memancing, berkumpul dengan teman-temanya, atau mengunjungi kafe atau bar. Salah satu penyebabnya adalah masakan. Masakan yang tidak enak seringkali dijadikan alasan suami untuk pergi dari rumah.

Jalan keluarnya adalah dengan masakan. Masakan istri yang enak akan membuat suami betah berada di rumah. Bahkan, ketika berada di luar rumah pun, ia selalu teringat akan masakan istri sehingga ia menolak hasratnya sendiri atau tawaran orang lain untuk makan di luar.

Memperbesar Rasa Cinta Anak terhadap Ibu

Meja makan keluarga dapat menentukan kebahagiaan suatu keluarga. Istri yang rajin menghidangkan makanan terbaik buat keluarga berarti berusaha menciptakan suasana rumah yang hangat. Masakan istri bervariatif apalagi memperhatikan selera makan anak, tentu saja memotivasi anak untuk berkumpul di meja makan. Hangatnya masakan menambah semangat makan semua anggota keluarga. Anak-anak pun semakin cinta terhadap ibunya.

Memperbesar Rasa Cinta Suami 

Pepatah kuno mengatakan, "cinta suami datangnya dari perut (masakan)". Rasa cinta suami semakin besar terhadap istri ketika memasak dan ketika menikmati. Di sela-sela kegiatan suami, misalkan mencuci atau menyeterika pakaian, ia memperhatikan istrinya yang dengan semangat mempersiapkan bahan, meracik dan memasak. Dengan lincah sang istri memainkan tangannya, mungkin sambil bernyanyi-nyani kecil. Tak peduli panas yang terpantul dari kompor atau percikan minyak dari penggorengan.

Begitu juga ketika masakan sudah disiapkan di meja makan. Cita rasa masakan yang masih hangat tidak sekadar mengundang selera makan, tetapi juga memperbesar rasa cinta suami kepada istrinya. Karena masakan itu dihasilkan dengan cinta sang istri.

Menghemat Keuangan Keluarga

Memasak di rumah sudah tentu lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli makanan  di luar seperti di restoran atau di rumah makan lainnya. Sisa uang belanja bulanan bisa ditabung atau buat keperluan keluarga lainnya, mengingat pandemi virus corona yang belum diketahui kapan berakhirnya.

Menghargai Makanan sebagai Anugerah

Seringkali makanan yang di beli di luar rumah tidak membuat kita berlera makan. Akibatnya, makanan tidak dihabiskan, lalu dibuang kentempat sampah. Membuang makanan, menurut orangtua atau leluhur adalah "pemali", membuang-buang rezeki.

Solider dengan Kaum Fakir Miskin

Memasak sendiri tentu lebih hemat bila dibandingkan dengan membeli makanan jadi di restoran atau warung-warung makanan. Sisa anggaran belanja bulanan bisa dikumpulkan buat membantu sesama yang kekurangan makanan, buat para fakir miskin dalam bentuk sembako atau nasi bungkus.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun