Tubuh-tubuh tak berdaya telah menyumbat kesenanganmu meski hanya sesaat.Â
Mata, pikiran serta rasamu dibiarkan teraduk lumatÂ
pada rintihan dan detak-detak jantung yang menghiasi ruang kerjamu.
Wanitaku di garda depan.
Lelah letihmu disembunyikan di balik senyum.Â
Kau berusaha melawan kerapuhan dengan menabur senyum kearifan.Â
Ketika malam tiba, saat kesunyian telah membawamu dalam mimpi,Â
kupandang wajahmu, terpancar ketulusan nurani kasih.Â
Kelelahan telah mewangi dalam nafas pengorbanan yang tak akan sirna dimakan zaman.
Wanitaku di garda depan.
Aku tidak peduli! Â Rambutmu tak seindah rambut yang selalu dibiarkan terurai,Â