Tuhan telah menjelma
Dalam beragam derap.
Primordialisme.
Materialisme.
Hedonisme.
Segenap kepala dan dada
jadi Baru,
tapi bukan karena rinso.
Berjuta kepal diangkat
Berjuta bibir bergerak
Menyanyikan syair  perjuangan
Bermeterai kebenaran.
Lihatlah,
Mereka mengacungkan keris
Mengepalkan tangan
Menyematkan cincin
mengalungkan akik.
Bertuaaaaaah!
Meneriakan lagu keagamaan.
Lihatlah,
Di atas monumenÂ
hotel berbintang
ruang rapat
rumah tua
tanah kosong
lubang di gua
Mereka bicara tentang negara;
Tentang pelayanan
Tentang kaum hina
Berlandaskan nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Namun, sayang,
Kata-kata mereka terperosok
dalam kerongkongan
Lalu jatuh mendekam di perut.
Lihatlah,
Tuhan bertukar ragam
Berpadu dalam nalar dan rasa
Tanpa hati.
Oleh keragaman.
Tidak lagi  Esa.
Tuhan tersekat oleh penafsiran segelintir
Mestinya lahir dari perjalanan hening di hati.
Tuhan bertahta dalam benda
Buat melindungi diri;
Mengejar popularitas;
Mendapatkan jabatan;
Memupuk kekayaan;
Buat membalas kejahatan.
Tuhan pendendam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H