Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari AFF, Membaca Pembinaan Sepak Bola Asia Tenggara

11 Desember 2024   05:52 Diperbarui: 11 Desember 2024   05:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas di AFF. Kompas.com

Kelelahan pemain. Pemain itu memiliki klub, mereka digaji dan dibayar oleh klubnya. Keseringan diminta negara, apalagi pemain dari Eropa tentu tidak akan rela dengan begitu saja. Terlebih jika tidak masuk agenda AFC dan FIFA. Mereka memiliki hak untuk menahan pemain, dianggap bukan pertandingan resmi. Nah, perjuangan AFF agar diakui sebagai pertandingan resmi dalam kalender FIFA itu juga penting. Namun apa iya, jika mutunya masih begitu-begitu saja?

FIFA dan juga dunia akan melirik mutu dari tim yang bermain. Pemain yang bisa membuat mereka bicara banyak, akan mendatangkan banyak manfaat akan diberi fasilitas. Bagaimana bisa ketika tim   yang ada di Asia Tenggara masih berfikir sepanjang dunianya sendiri, AFF dengan segala kekurangannya, namun mau dilirik dan direstui AFC dan FIFA?

Tidak cukup hanya bersaing bahkan bersitegang hanya di Kawasan sendiri.  Cara mainnya kek tarkam malah, tentu saja STY sebagai pelatih kelas dunia enggan mempertaruhkan reputasi dan pemainnya untuk remuk seperti itu.

Memberikan menit bermain dengan intensitas tinggi dalam pertandingan kompetitif juga penting untuk pemain muda. Sudah seharusnya Sea Games, AFF itu sekadar pertandingan kelompok umur untuk memberikan pemain pengalaman dan menit bermain dengan kompetitif yang tinggi. Dengan demikian mereka terasah untuk ajang yang lebih besar dan tinggi. Ingat ini bukan meremehkan, namun berjenjang dan menanjak makin besar.

Lihat saja, mana ada yang bisa bicara lebih jauh dari putaran ketiga dengan poin baik, bukan juru kunci dari Kawasan Asia Tenggara. Padahal Timur Tengah sudah langganan piala dunia, apalagi Asia Timur yang diwakili Korea Selatan dan Jepang, mereka sudah bicara di piala dunia cukup lama. Pemain-pemain mereka sudah bertebaran di Eropa dan menjadi pemain klub papan atas.  Ini visi, focus, dan harusnya menjadi mimpi pemain, federasi, dan juga pelatih di Kawasan ASEAN.

Terlihat masih campur aduk, maunya semua piala direngkuh, dengan pemain yang hanya itu-itu saja, ya pastinya yang senior jebol, yang muda tidak terbina. Lihat mana generasi Evan Dimas dkk? Hanya sejenak eforia U19 dan lenyap.

Pembinaan dan liga yang baik akan membuat dan melahirkan pemain-pemain yang berkarakter, siap memasuki arena yang kompetitif, berani menang, tidak takut kalah, dan menghargai apapun hasil akhirnya.

Penonton pun harus belajar, bahwa semua perlu proses. Menang dan kalah itu bagian utuh atas pertandingan dan kompetisi. Tuntutannya tidak hanya menang dan juara saja, namun mendukung dalam semua kondisi.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun