Sumpah dan janji jabatan sangat mudah dikhianati, ya karena sikap tanggung jawab  yang rendah bahkan tidak ada. Padahal jelas-jelas dengan gamblang mengucapkan itu dalam setiap mengawali jabatan atau pekerjaan.
Tiga, berpikir kritis dan cerdas. Sering terdengar bahwa berpikir kritis, namun di balik itu ada kepentingan. Jika tidak sesuai kepentingannya mereka kritis, namun jika sama diam seribu bahasa, padahal jelas-jelas keliru.
Belum lagi jika bicara cerdas. Yang sering terjadi adalah minteri, jadi kecerdasannya untuk mengelabuhi dan ngadalin pihak lain. Kebiasaan ini harus disadari buruk, tidak demikian yang harus dibangun.
Kebiasaan minimal yang perlu dibangun dan digalakkan adalah kebiasaan membaca. Padahal selama ini literasi dan numerik anak negeri ini sangat memprihatinkan. Levelnya hafalan, padahal idealnya adalah penyelesaian masalah.
Empat, berkarakter dan berintegritas. Sederhana dan singkatnya, malu melanggar hukum. Etika menjadi panglima, selama ini hal ini masih jauh dari kebiasaan dan harapan. Sepanjang sesuai prosedur, meskipun itu ngaco ya aman saja. Maka tidak heran ada elit yang mengatakan melanggar aturan asal tidak ketahuan ya silakan saja.
Sama dan sebangun dengan mengatakan, ambil uangnya jangan coblos orang atau partainya, dalam konteks pemilu, apapun itu. Orang dan pejabat tidak punya malu meskipun sudah ketahuan maling, bahkan bisa promosi jabatan, dilantik dalam status tersangka, dan seterusnya. Kapan ya memiliki kebiasaan mau berbuat salah dan melanggar hukum?
Apa yang biasa terjadi adalah bahkan berani melanggar hukum itu hebat, bisa berkelit dari hukum itu keren. Miris.
Lima, konsistensi dan berdisiplin. Hal yang belum menjadi kebiasaan. Padahal dalam beribadah dan beragama begitu disiplin dan bahkan tepat waktu. Namun apa yang terjadi selain dalam bidang ibadah, molor, ngaret, dan telat itu bagian hakiki hidup bersama.
Konsistensi dalam berproses itu juga perlu disiplin, bukan malah hangat-hangat tai ayam, di mana gembar-gembor untuk ini dan itu, namun sering hilang tak berbekas. Mau program atau anti ini dan itu. Lihat saja antikorupsi, antinarkoba, atau disiplin dalam berlalu lintas. Sekejap tertib, kembali pada  stelan pabrik tidak lama kemudian.
Bagaimana bisa disiplin, ketika pendidikan, mau menegakkan aturan saja gurunya ketakutan. Hal yang memilukan sebenarnya. Â
Enam, tahu berterima kasih dan bersyukur. Sepele, namun banyak anak sekarang lupa unggah-ungguh sederhana ini, mengucapkan terima kasih usai apapun, atau mendapatkan kebaikan dari pihak lain. Hal mendasar bersama kata maaf dan minta tolong. Semua jauh dari kebiasaan baik anak-anak di masyarakat kita.