Ungkapan sebelum menang yang sangat percaya diri saat dibantai Barcelona juga membuat citra Vini lebih jelek. Hal yang sama tidak terjadi pada Rodri. Â Sikap mentalnya yang membuatnya jatuh.
Apalagi diperparah usai tidak menang Ballon d'or yang gagal ia raih, dengan mengatakan akan sepuluh kali lipat lebih baik. Hal yang lagi-lagi tidak pernah dilontarkan Messi ataupun CR7 yang pernah kalah dan pemenang lebih dari lima kali. Mereka berdua mencapai menang dan kalah berkali-kali, karena kalau satu menang satu kalah. Mereka tetap hadir, dan tidak sesumbar seperti ini.
Statistik permainan, pertandingan, dan piala dibeber membandingkan Rodir dan Vini, dan memberikan gambaran yang memang lebih layak menang Rodri dari pada Vini. Hal yang sangat lumrah ternyata. Memang sangat jomlang, wajar yuri sang pemutus pemenang memberikan suaranya.
Keberadaan klubnya pun demikian. Madrid yang merasa superior sering arogan, lain dengan Manchester City yang memang baru banyak bicara di level Eropa dan ballon d'or lebih alim dan adem. Tidak banyak omong dan arogan, sehingga membuat simpati.
Hal yang akan selalu terulang ballon d'or memberikan pro dan kontra pemangnya siapapun akan dicela, karena beda pilihan. Toh terus juga lupa, ketika nomine diumumkan sudah mulai panas dan kasak kusuk, siapa yang akan menang. Ketika jagoannya tidak mendapatkan juara keluarlah kutukan, pernyataan, dan juga opini yang sering tidak juga tepat.
Apalagi di sini, yang memang lebih cenderung emosional dari pada rasional. Suka dan tidak lebih kental dari pada obyektivitas sebagaimana statistik permainan, juara, dan sebagainya.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H