Google MAP Bahrain, Mafia AFC dan Sportivitas, Kuwalat Kalah dari China
Usai bermain seri dengan Bahrain beberapa hari lalu, netizen Indonesia masih geram. Akun media sosial sang pengadil sampai dikunci karena komentar keras bahkan kasar di sana. Federasi  Oman dan  jajaran memasang badan pada wasit yang dituduh penggemar timnas sebagai tidak adil.
Malah hari-hari ini lebih parah. Google maps, penunjuk arah digital di Bahrain diganti dengan kata mafia AFC untuk beberapa titik. Ironis. Bagaimana protes yang menggunakan atas nama ketidakadilan dan tidak sportif, namun melakukan perilaku yang  tidak jauh berbeda.
Olah raga itu siap kalah dan siap menang. Meskipun berkoar-koar sampai mulut berbusa darah sekalipun, hasilnya tetap saja, seri. Tidak ada yang bisa mengubah menjadi menang atau tanding ulang. Itu diterima dulu.
Eh malah perilaku premanisme dipertontonkan. Ancaman dan caci maki melalui media sosial itu sangat mungkin terlihat oleh dunia. Mana yang katanya berbudaya luhur, adiluhung, dan seterusnya.
Lebih parah lagi mengganti  peta digital dengan kata-kata buruk. Itu layanan publik, masyarakat di sana pastinya sangat membutuhkan. Malah diretas dan sangat mungkin mengganggu ketertiban dan kepentingan umum.
Sportivitas itu penting, adil juga penting, mengakui apapun hasilnya dengan kepala tegak itu juga sangat penting. Nah di sinilah peran agama, iman, dan juga sikap percaya. Menerima dengan legawa apapun hasilnya, kecewa sih jelas boleh, namun tidak kemudian membalas dengan tidak proporsional.
Jiwa sportif itu tidak akan mengancam, kecewa ya nyatakan dengan sikap yang baik dan terukur. Jika sudah mengancam, memaki, dan juga malah merusak, itu jelas jauh dari sikap dan jiwa olah raga.
Mengganggu ketertiban dan kepentingan umum yang sudah sangat biasa di sini, sekarang dunia melihat, karena peretasan Google MAP Â di Bahrain ini. Hal yang kelewatan.
Kemampuan tinggi itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, tentu dalam hal yang positif, kalau negatif ya buat apa memiliki talenta luar biasa. Jatuhnya menjadi mafia sebagaimana yang disematkan itu. Hati-hati  di sini. Sikap mental menjadi penting.
Bicara mengenai sisi spiritual, apa yang dilakukan akhirnya tidak mendukung langkah timnas bukan? Malah kalah dengan China yang sama sekali tidak pernah disangka dan diprediksikan. Padahal sudah begitu percaya diri akan menang dan memperoleh tiga poin. Ternyata sebaliknya.
Kemarahan, kekecewaaan, dan kejengkelan ya secukupnya. Ganti topik dengan dukungan secara positif untuk pertandingan selanjutnya itu penting.
Negara-negara yang maju olah raganya pastinya pernah menghadapi kendala yang sama. Toh mereka bisa mengatasi. Atau belajar dari pemain dan suporter bulu tangkis, pasti mereka juga sering menghadapi keadaan yang mengecewakan. Toh bisa menerima dengan  baik.
Perilaku tidak adil, tidak sportif itu sangat subyektif, susah untuk dibuktikan kebenarannya, FIFA juga sudah mengeluarkan jawaban atas keberatan itu, mau apa lagi? Jika berlanjut  merusuh, sangat  mungkin malah membuat kondisi tim Indonesia tidak akan berkembang lebih baik.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H