Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gratifikasi atau Sponsor, Arogan atau Sopan, Sudut Pandang Kepentingan?

27 Agustus 2024   19:46 Diperbarui: 27 Agustus 2024   19:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat tayangan itu jadi gemes. Apakah mereka ini, si polisi dan polwan itu akan berani bersikap segarang dan sekeras, sekasar itu jika menghadapi koruptor atau maling berdasi? Saya yakin sejuta persen tidak akan berani.

Pun jika menghadapi maling ayam atau sandal di masjid, kek apa kasar, arogan, dan kejamnya, jika "orang yang tidak berkasus" saja demikian perilakunya? Bisa dibayangkan, plus rekam jejak para penegak hukum juga sudah terekam dalam benak publik.

Penghormatan itu tidak usah diminta.

Kewibawaan, kehormatan, dan juga respek itu akan hadir dengan sendirinya. Polisi itu merasa direndahkan, tidak dihormati, dan terhina karena mengajak orang bicara malah disambi makan. Padahal mereka yang datang ke orang yang sedang makan.

Publik, rakyat, dan masyarakat tentu memiliki asumsi, bahkan apriori, bahwa aparat itu seperti ini dan itu. Wajar, karena rekam jejak terutama setelah keterbukaan informasi, semua terbuka dengan sangat transparan. Bagaimana perilaku mereka itu rakyat sudah paham.

Nah, yang harus membawa diri dengan baik, keteladanan harus diberikan oleh penegak hukum, aparat, karena mereka itu abdi masyarakat, bukan malah sebaliknya. Bagaimana minta dihormati, ketika perilakunya saja ugal-ugalan.

Klarifikasi juga malah mempertontonkan keadaan yang lebih parah. Tidak merasa bersalah, malah mempersalahkan pihak lain, hal yang selalu saja terulang dan dilakukan terus. Penyelesaian masalah dengan masalah.

Jujur katakan bahwa ada kekeliruan, kesalahan, kealpaan, itu jiwa ksatria. Jangan malah menutup-nutupi. Ujungnya menyalahkan pihak lain, malah orang lain yang dipersalahkan. Makin runyam, tidak memperbaiki keadaan.

Bagaimana bisa, berperilaku arogan namun merasa sopan, dan pihak lain yang tidak tahu apa-apa malah dituding tidak sopan. Jangan karena berseragam, memiliki kekuatan,  kemudian dijadikan pembenar atas sikap arogan.

Jangan katakan itu soal sudut pandang. Tidak akan ada  perbedaan cara memandang, jika semua memiliki integritas yang sama.  Saling menghormati. Apa yang  terjadi itu merasa aparat, berseragam, dan memiliki kekuasaan, mengintimidasi rakyat yang terlihat tidak memiliki kemampuan sepadan dengan polisi tersebut.

Bagaimana bisa mengayomi, melayani, dan menjadi abdi, jika masih mau dihormati, tapi enggan memberikan respek, penghormatan terlebih dahulu. Jika benar memang para pelaku sedang minum, memang juga harus dihardik ketika sedang makan? Atau si perekam mengedit polisi yang sangat santun itu, bagaian yang polisi baiknya dihilangkan? Biasanya polisi itu demen dan doyan photo atau video ketika kegiatan, kog kali ini tidak ada. Menantikan video versi polisi, pasti sangat menarik dan seimbang jadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun