Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

STY, Liga 1, dan Nasionalisme

17 Juni 2024   18:43 Diperbarui: 17 Juni 2024   18:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan PSSI dan STY masih lebih baik, wong kudu ada darah Indonesia dari si pemain. Mereka kagum Philipina bisa maju, apa mereka lupa kalau  cara ini juga mereka lakukan? Ke mana    mereka ketika kita kesulitan hanya menghadapi Philipina atau Myanmar?

Liga 1

Suka atau tidak, jujur atau mau mengelak, kualitas liga 1 belum cukup membawa Indonesia bicara lebih jauh. Disiplin, ngamukan, peraturan saja masih ngaco, kisah Diego Michels yang mengaku ketularan kedisplinan ala pemain lokal, menjadi bukti memang layak mengambil pemain dari luar sana. Kedisiplinan itu harus dibangun.  Tidak sembarangan dan sekali jadi. eh maunya prestasi juga seinstan itu, tanpa mau disiplin. Lak koplak.

Kompak bukan individu

Ada   yang mengatakan jika Messi bersama tim Spanyol, dia bisa lebih dari sekali merengkuh piala dunia, karena keberada tim yang nyengkuyung dia lebih solid, dibandingkan tim Argentina. Tim, bukan soal individu. Lihat saja Ronaldo toh tidak juga bisa merengkuh piala dunia, padahal kurang apa dia?

Jika memaksakan harus pemain lokal, liga 1 dengan catatan skil dan kemauan yang demikian, apa iya bisa seperti capaian STY itu? Kog pesimis  sama dengan pelatih-pelatih terdahulu, mentok hanya jadi penggembira, nyaris lolos saja sudah girang.

Mau membenahi liga, menghabiskan energi. Nanti juga teriak-teriak mana prestasi, palingan juga minta AFF, he...he...

Prestasi, bisa bicara lebih jauh dalam kompetisi, baru nantinya membenahi liga. Animo masyarakat pada timnas sangat baik. Jangan dirusak oleh kepentingan segelintir orang atas nama nasionalisme ala mereka semata.

Kondisi timnas yang sudah baik, kompak, dan bisa seperti keluarga itu penting. Jangan sampai nanti bongkar pasang lagi, balik setelan pabrik, umpan panjang sebagai solusi ngaco menghalau bola, melepas tanggung jawab. Pemain lain lari pontang-panting tidak jelas. Apa para tokoh yang menolak gagasan pemain keturunan ini lupa atau mendadak amnesia kalau timnas Indonesia itu saat ini jauh berkembang?

Nasionalisme itu penting, dan bahkan sangat penting. Namun jangan sampai kek politik, atas nama rakyat padahal kepentingan keluarga, partai, atau pendonor. Kog identik di sini, atas nama nasionalisme padahal pundi-pundinya macet karena tidak lagi bisa ndompleng cari makan di pengelolaan timnas.

Mana mempersoalkan muka pemain timnas, tengok itu Jerman, sembilan pemain keturunan, dan maaf ini bukan rasis, namun mau mengatakan fakta, mereka berkulit hitam, jelas artinya mereka dari Afrika. Jika timnas Indonesia bermuka bule, apa ya salah? Jangan naif dengan menggunakan terminologi nasionalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun