Sandra Dewi-Harvey Moeis, Burung-burung Manyar, dan Visionernya Rama Mangun
Kini, di tengah polemik pilpres, tersiar khabar penangkapan seorang pelaku tambang ilegal, yang sekaligus suami dari selebritas. Dua hal yang membuat hal ini menguar lebih kenceng, karena mereka adalah keluarga artis papan atas dan afiliasi politiknya jelas dengan terang benderang mendukung siapa. Tanpa kedua hal tersebut, yo akan sama dengan kasus-kasus korupsi lainnya, tanpa adanya pembicaraan yang berlebihan.
Apakah ini yang namanya kejahatan akan dikuak pada waktunya?  Entah juga apakah demikian. Satu yang pasti, bagaimana korupsi yang merajalela itu tidak pernah surut dari negeri ini. Malah seolah begitu digdaya tanpa bisa disentuh oleh hukum sama  sekali.  Lihat saja apa yang terjadi selama ini. Lembaga dan komisi dibentuk, namun hasilnya sami mawon.
Kisah Burung-burung Manyar, terutama yang berkaitan dengan politik dan korupsi ada beberapa yang menarik untuk dikupas.
Pertama, salah satu tokohnya itu Setan Kopor, pejuang yang ke mana-mana membawa kopor, dan oleh rakyat disinyalir membawa harta rampasan. Terkonfirmasi kebenarannya, ketika masyarakat menjaga makam salah satu warga yang meninggal. Makam dari jenazah yang meninggal hari tertentu kudu dijaga, pemuda yang berjaga-jaga berkelahi dengan Setan Kopor, mereka yakin dengan umpatan "asu" dan karena terdesak kalah, ia lari.
Mereka meyakini itu Setan Kopor karena gerakan bela dirinya jelas tidak banyak yang bisa melakukan itu. Mengapa ia sampai  membongkar makam? Ya jelas untuk memperoleh kekuatan.
Tahukah menjadi apa si Setan Kopor post perjuangan? Ia menjadi pejabat bupati, sedang mengadakan kujungan kerja di desa tempat dulu berkelahi dengan penjaga makam. Orang-orang yang dulu bergelut dengannya hanya bisa berkasak-kusuk.
Kisah klasik yang banyak terjadi. Pejuang jadi-jadian malah  memperoleh kedudukan atau jabatan, yang berjuang benar-benar bisa jadi tidak apa-apa. Begitu  pun dalam banyak kisah kehidupan, yang melakukan hal-hal baik malah menderita, dan yang berlaku buruk bahagia.
Rama Mangun, tidak terlalu visioner dalam konteks ini. si pejuang jejadian yang menjabat cukup tinggi waktu itu. Â Bisa jadi itu adalah amatan atau pengalaman pribadinya, yang dituangkan dalam sebuah karya fiksi.
Kedua, tokoh utamanya, pada penghujung novel dikisahkan menjadi staf bidang IT kalau bahasa sekarang. Konteks tahun 81, Rama Mangun mengisahkan, si tokoh menjadi tenaga ahli komputer. Ia, si tokoh ini menemukan bahwa perhitungan komputasi perusahaan global itu dirancang untuk membuat keuntungan si investor dan merugikan pihak Indonesia.