Mata Air Jangan Jadi Air Mata
Menarik tema yang diberikan. Bagaimana air yang begitu penting, namun seolah tidak pernah mendapatkan perhatian. Kala hujan banjir, namun saat kemarau kekeringan. Upaya yang mendasar seolah tidak pernah terpikirkan. Kelimpahan ketika musim penghujan seharusnya bisa diupayakan untuk "disimpan," sehingga tidak malah menjadi bencana berkepanjangan.
Klasik banget, ketika musim kering atau panas hadir, kekeringan melanda, ada pula kebakaran lahan, lagi-lagi air sangat krusial, namun abai dijadikan bahan permenungan bersama. Kekurangan, padahal belum lama kelebihan, sehingga banjir.
Fenomena di kampung saya, banyak pengusaha air, dengan truk tanki atau colt menjual air sumur dalam yang mereka kelola mandiri. Â Tidak ada yang salah, karena memang belum ada aturan mengenai hal tersebut. Mirisnya, banyak pula tukang jual beli kayu untuk bangunan ataupun industri. Mereka keliling dari rumah ke rumah, kampung ke kampung membeli kayu atau pohon yang cukup besar. Dua sikap yang bertentangan dengan menjaga mata air.
Semua itu di luar kendali, karena semua demi memperoleh pendapatan dan penghasilan demi keluarga masing-masing. Namun, saya pribadi memiliki kepedulian, minimal untuk diri dan keluarga. Di rumah ada dua sumur dengan kedalaman delapan  meter  dan tinggi air kurang lebih enam meter. Sumur satunya kedalaman dua meter, air setinggi dua meter lebih, di atas permukaan tanah dengan tambahan buis. Tidak perlu menimba.
Mengapa debit air setinggi itu? Sekeliling rumah banyak  pohon besar, termasuk batang pohon kenitu atau sawo ijo yang sudah berusia lebih dari setengah abad. Konsekuensi logis atas kesegarannya adalah sampah dari daun kering atau bunga yang berguguran.
Secara umum, jika mau merawat mata air, ada beberapa hal berikut yang bisa dilakukan, tentu ada keputusan atau ketetapan aturan yang sangat kuat bisa terjadi demikian. Misalnya perumahan vertikal, bukan lagi rumah tapak. Perlu kerja keras untuk itu, mengubah keyakinan.
Ruang terbuka hijau
Hal ini terutama untuk perkotaan, yang dipenuhi dengan beton dan gedung besar atau bertingkat. Â Keberadaan ruang terbuka hijau untuk menyimpan air dan menyerap cairan yang ada di permukaan, tidak selalu harus mengalirkannya ke parit, selokan, sungai, dan bermuara ke laut. Mengapa tidak disimpan, ketika kemarau bisa dimanfaatkan.
Membuat lubang biopori. Hal yang sangat baik, bisa dilakukan di perumahan ataupun perkampungan kota yang padat penduduk, memanfaatkan jalan dengan memberikan lubang relatif kecil untuk menampung air, dan menimbul sampah organik. Menyehatkan tanah dan memberikan kesempatan untuk air tetap di bawah tanah, tidak perlu jauh-jauh membangun kanal dan pompa air untuk mengalirkan sampai ke laut. Ingat, biopori bukan sumur resapan yang tidak berguna itu.