Liga yang jalan di tempat, toh mereka tidak juga berusaha memperbaiki dengan mendasar, lihat komentar STY soal passing timnas. Atau stamina, mereka diam seribu bahasa.
Habit Pebola
Ini sebuah hal yang mendasar. Pola makan sehat, berkali ulang terlontar bagaimana pemain makan produk yang tidak layak untuk pemain bola. Hal ini jelas  mengenai habit, kebiasaan, pola sehat yang memang tidak ada. Ditegur malah omong HAM, koplak akut.
Passing, STY mengeluh bagaimana passing saja ngaco, sekelas timnas, bukan tugas STY, namun itu SSB. Bagaimana pemain yang berangkat dari talenta baik karena dilatih dengan ala kadarnya jadi bubar.
Disiplin. STY membandingkan kebiasaan pemain bola lain siap dalam hitungan satu digit ketika ganti dan turun ke lapangan. Pemain di Indonesia lebih dari 15 menit dan itu perlu empat tahun untuk mengubahnya. Bisa dibayangkan, bagaimana mereka di klub, dan ini berkaitan dengan liga.
Liga Ingar-bingar Tanpa Prestasi
Ingar-bingar mengenai sensasi bukan prestasi. Ingat ada klub yang dihukum namun dicabut lagi, padahal menewaskan banyak penonton.Â
Ada pula pemain dengan bayaran luar biasa, padahal permainannya juga biasa saja. Atau pemilik klub yang berasal dari pesohor, atau politikus, lagi-lagi malah petualang. Â Â
Mengenai peraturan, disiplin diri, dan penghargaan pada pemain, perangkat pertandingan, sering sangat lemah. Hal ini seolah tidak menjadi pertimbangan pengurus liga dan juga federasi.
Liga Jepang belajar dari liga di sini, sekarang posisi peringkat Jepang jauh dari posisi tim Indonesia. Mereka serius membangun sepak bola, bukan sekadar sensasi dan riuh rendah tanpa makna.
STY Hadir
Target paling gampang jelas pastinya adalah capaian, prestasi, atau minimal piala atau lolos tahap tertentu.Â
Nah, dalam tanda tangan kontrak juga demikian, federasi pastinya minta jaminan prestasi. Tapi dengan jelas, STY mestinya tahu apa yang terjadi dalam perjuangannya membentuk timnas yang bisa bicara banyak.