Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Janji Prakampanye Ganjar, Prabowo, dan Muhaimin

12 September 2023   15:42 Diperbarui: 12 September 2023   15:44 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Janji Prakampanye Ganjar, Prabowo, dan Muhaimin

Makin dekat masa pendaftaran, makin kuat juga aroma persaingan. Satu sama lain sudah menyatakan sikap, janji, dan bakal program yang bakal diusung. Ada yang usang karena janji gratis ini dan itu. Toh ada juga  yang memberikan harapan baik, memang tidak akan mudah meyakinkan publik.

Masa kampanye saja belum, namun sudah hiruk pikuk. Gratis BBM, susu, tunjangan ibu hamil, dan sebagainya. Apakah itu realistis, atau tidak, ya dicermati saja. Bagaimana kemampuan negara, bagaimana sumber dana yang ada, apakah itu mampu menopang semua program yang dinyatakan. Toh publik juga sudah paham, seperti apa kondisi negeri ini.

Prabowo

Menarik Menhan  aktif ini mengatakan swasembada energi, pangan, dan susu gratis untuk siswa-siswi sekolah baik swasta dan negeri. Mau melanjutkan program baik Jokowi, kartu-kartu baik untuk masyarakat miskin.

Ada yang aneh adalah, ketahanan pangan untuk swasembada pangan kan perintah Presiden Jokowi untuk dirinya selaku Menhan dalam kabinet kemarin. Mangkrak, dan kini digembar-gemborkan untuk dilakukan.

Program baik Presiden Jokowi, namun ia lupa tidak mengikutsertakan pembangunan masif infrastrukut, jangan-jangan IKN pun tidak dilanjutkan? Hanya program Robin Hood dengan aneka kartu dan tunjangan. Ini jelas bukan soal buruk atau pemborosan, ya memang harus dilakukan.

Simalakama sih, jika Prabowo mengatakan pembangunan ala Jokowi dilanjutkan. Lha bagaimana  tidak, ketika anak buahnya pada periode lalu mengatakan, rakyat tidak makan jalan tol, infrastrukrtur, dan semen. Pernyataan konyol sebenarnya.

Cukup mengganggu, adalah pernyataan soal rawa-rawa bisa untuk gudang ketahanan pangan, yang tidak perlu merusak hutan yang akan digugat pihak asing. Pun mempertahankan air, lha bagaimana bisa rawa penghasil air, namun juga dijadikan lumbung pangan.

Prabowo jelas tidak paham dengan baik konsep rawa-rawa di Indonesia, peruntukan, dan juga menangananinya. Entah apa yang ada dalam benaknya,

Ada lagi yang lumayan menggelikan. Aren sebagai bahan energi, padahal  gula aren sebagai bahan kuliner sudah sangat  susah karena pohonnya jarang. Ini malah mau dibuat energi, apa tidak ngaya wara.

Pun sagu, apakah Prabowo paham, tanaman sagu makin sedikit karena sudah diganti dengan sawit. Apa yang ia nyatakan ini malah memperlihatkan ia tidak paham lapangan dan kondisi nyata di daerah dan kebutuhan mendasar negara ini.

Muhaimin

Dua gagasan yang bombastis dinyatakan. Kini Anies Baswedan lebih diam, dan Muhaimin yang berbicara. Mengenai dana desa naik lima kali lipat, dan tunjangan ibu hamil. Sangat menarik, ini bicara mengenai program bagi-bagi ala  Robin Hood, dan soal dana. Namun tidak menyebutkan sumber  dana dari mana. Pajak naik, atau pengelolaan tambang lebih efektif dan efisien?

Ini jauh lebih penting. Ingat, bagaimana sumber keuangan negara ini masih belum seleluasa itu. utang masih cukup besar, pembangunan masih juga perlu dana gede, tapi tidak menyebutkan terobosan keuangan baru untuk menunjang itu.

Dana desa naik menjadi lima milyar per tahun per desa. Mengapa menarik? Karena  10 tahun PKB memegang pos kementerian ini. Mereka paham betul dana besar di sana.

Tunjangan ibu hamil. Bagaimana postur keuangan negara itu, apakah seluas itu untuk memberikan tunjangan ibu hamil. Padahal begitu banyak kebutuhan, seperti BPJS yang masih ngap-ngap, atau masalah klasik soal BLT yang selalu saja jadi polemik. Pun PKH juga sama saja. memberikan gagasan baru, meskipun bagus, realistis tidak, atau malah nambah masalah?

Ganjar

Dalam salah satu acara Ganjar memikirkan, bagaimana jika gaji guru itu bisa minimal 10 juta rupiah, sehingga menarik orang-orang pintar pun menjadi guru. Ini bagus, namun masalah pendidikan itu bukan hanya mengenai kesejahteraan guru.

Politisasi agama dan pendidikan, memang Ganjar sudah melakukan yang bisa ia lakukan. di Jawa Tengah ada pakta integritas kepala sekolah harus setia pada Pancasila. Toh belum juga sepenuhnya demikian. Ruang kelas agama minoritas boleh Ganjar cek, apakah sudah tersedia dengan baik.

Pemidanaan guru itu menakutkan, sehingga guru akhirnya malah menegakkan disiplin, pokok mengajar, selesai. Pendidikan tidak lagi menjadi fokus. Ini masalah, bukan sekadar kesejahteraan atau gaji semata.

Pendidikan yang kacau di pinggiran dengan cara berebut siswa, satu sekolah di desa yang sama sampai kelas paralel, sekolah satunya hanya hitungan jari muridnya. Ini pasti sekelas gubernur can capres tidak akan paham.

Fakultas  pendidikan sekarang juga sudah jauh lebih favorit, namun malah cenderung tidak begitu bagus lulusannya, karena kurang jam praktek, tidak cukup kelas untuk menampung mahasiswa bisa praktek mengajar.

Fokus pada sertifikasi, bukan memajukan pendidikan. Ini memang simalakama. Pengabdian beralih menjadi profesi, akhirnya ya sama-sama dipahami.  

Program, gagasan, dan angan-angan ini memang jauh lebih realistis dan memang berguna dibandingkan program ini dan itu gratis. Toh pendapatan guru dengan sertifikasi sudah cukup mumpuni kog. Mereka sudah jauh lebih sejahtera.

Memang semua masih jargon-jargon memopulerkan diri, belum sepenuhnya kampanye, tetapi sangat menarik gagasan yang disampaikan itu juga terlihat bagaimana mereka mau berkuasa, memimpin yang melayani, atau seperti apa.

Rakyat makin cerdas kog, pemimpin dan elitnya saja yang masih begitu-begitu saja. Apa iya model itu yang mau dipercaya melanjutkan kepemimpinan Jokowi yang menuju kepada kejayaan itu?

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun