Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Moeldoko akan Membawa Rocky Gerung ke Bui?

5 Agustus 2023   10:28 Diperbarui: 5 Agustus 2023   10:45 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat, jika yang melaporkan ke polisi adalah Moeldoko, jauh lebih aman dan tidak akan bisa dikaitkan dengan pemerintah, negara diktator, dan bla... bla... karena itu adalah pribadi dan jabatan Moeldoko jauh dari pemerintahan secara langsung yang bisa dipolitisasi, sebagaimana jika itu Jokowi atau keluarganya yang melaporkan.

Ingat SBY saja pernah membawa Eggy Sujana masuk bui dengan pasal ini. Hal yang   wajar sebenarnya jika Jokowi pun membuat laporan polisi.  Malah lebih tepat, jika Moeldoko ini saja yang membawanya ke balik penjara.

Kelima. Sarana untuk menegakkan hukum dan demokrasi dengan baik. Warga negara juga harus patuh pada hukum, bukan seenaknya sendiri bicara dan kemudian menuduh yang dihina itu antikritik.

Bedakan kritik, maki, dan juga menghina. Kritik itu pasti bukan penghinaan, tidak berdasar pada kebencian, ada upaya memperbaiki keadaan yang dikritikannya. Contoh, presiden kekeh soal Ibukota Baru, kritik, terlalu mahal untuk memindahkan ibukota, benahi Jakarta misalnya, tanpa embel-embel.

Menghina, mengurus Jakarta saja gak becus, sok-sokan memindahkannya ke lain tempat, apalagi sudah keluar kata bajingan, tolol, pula.  Mosok sih        tidak bisa membedakan?

Keenam. Membuat tertib hidup bersama yang lebih sehat. Pembiaran itu tidak memperbaiki keadaan. Pilihan Pak Jokowi itu juga baik, namun belum tentu pengganti-penggantinya nanti bisa menerima keadaan itu seperti apa yang ia pilih. Bisa  menjadi runyam ketika kebiasaan buruk itu tidak ada upaya penertiban.

Ketujuh,  membina sikap bertanggung jawab. Lihat selama ini oposan ketika berbicara dan bertindak dan salah, kemudian membenarkan diri dengan dalih demokrasi. Koridor yang berbeda padahal.  Membuat kegaduhan itu bukan demokrasi. Berani bertarung dalam pemilu, itulah demokrasi.

Haus kekuasaan dan maunya menang, tidak siap kalah, ini juga berkaitan dengan sikap bertanggung jawab. Berani menang dan siap kalah, maju lagi bertempur lagi, dan siapkan amunisi yang lebih untuk menang. Tidak membuat gaduh seolah-olah pemenang itu berlaku curang dan kudu dijatuhkan. Pecundang.

Kedelapan. Demokrasi itu memang menjamin kebebasan, termasuk bersuara dan berpendapat. Namun jangan lupa kesantunan dan sikap bertanggung jawab. Merasa oposan, namun tidak pernah mau menanggung risiko atas apa yang ia nyatakan.

Lihat saja selama ini mengaku demokratis, namun caci maki yang ada. Itu bukan   kebebasan bersuara, namun melampiaskan kemarahan dan kedengkian, bukan ranah demokrasi, namun bar bar dan hukum rimba, siapa kuat dia menang, dengan cara buruk.

Kesembilan, kedewasaan berdemokrasi sedang diuji. Bagaimana orang berselisih namun kepala tetap dingin, tetap bijak, taat hukum tanpa asumsi. Hal ini yang selama ini jauh dari alam demokrasi kita. Hanya ngotot-ngototan, dan sering tanpa dasar yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun