Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN, Kebingungan Berkoalisi, dan Gelandangan Politik

24 Juni 2023   18:45 Diperbarui: 24 Juni 2023   18:53 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAN, Gelandangan Politik, dan Kebingungan Berkoalisi

Salah satu partai yang belum melabuhkan pilihan ada soulmatenya adalah PAN. Partai besutan Amien Rais ini masih lontang-lantung dengan membawa proposal ke sana ke mari. Seperti anak fresh graduate yang menenteng map lamaran pekerjaan ke mana-mana. Sebuah laku biasa bagi partai yang memecat pendirinya, sehingga membuat partai baru ini.

Pengalaman dua periode dengan menjadi oposan pas pemilu dan merapat pada pemerintahan di tengah-tengah masa jabatan, membuat publik paham dan hapal dengan pilihan Zulkifli Hasan yang sedang menahkodai PAN. Itulah fakta partai hasil   reformasi ini.

Sempat berebut dan bertikai dengan besan dalam konteks nyata, sekaligus pendiri partai, dan kemudian menyingkirkan si pendiri bahkan "pemilik" PAN yang bernama Amien Rais. Kini mantan ketua MPR itu memilih mendirikan partai baru, yang ikut juga dalam pemilu di 2024 mendatang.

Rekam jejak yang seperti ini, tentu membuat partai politik susah untuk yakin bahwa mereka bekerja keras, memenangkan calon yang diusung. Lihat saja mereka dua periode sekali dengan calon mereka menjadi cawapres, dengan hasil kalah, dan merapat di pemerintahan Jokowi-JK di tengah pemerintahan. Kabinet belum usai mereka mundur dan menjadi lawan dengan mendukung Prabowo-Sandiaga Uno.

Periode kedua Jokowi hal yang senada kembali juga muncul gejala yang sama. Kini, belum bulat sejalan dengan presiden dalam memilih penerus Presiden Jokowi. Mereka sempat bertemu dengan PDI-Perjuangan, namun belum juga menyatakan dengan terbuka. Deklarasi apalagi.

Eh malah terdengar berita PKB meradang dan mengatakan bahwa jika PAN perlu menghormati mereka, PKB yang telah selama 10 bulan bersama Prabowo mau berkoalisi dan mengusung Gus Muhaimin sebagai bakal calon wakil presiden bersam bacapres Prabowo.  Ada yang menarik di sini, karena PAN mengusung calon mereka, Erick Thohir.

Konflik kepentingan, apalagi PAN yang lagi-lagi belakangan datang. Calonnya pun bukan kader sendiri, meskipun bukan barang susah di negeri ini. Partai politik akan    dengan mudah memberikan kartu tanda anggota untuk menjadi kader mereka, karena potensial untuk bisa mendongkrak kemampuan finansial dan juga keterpilihan mereka. Ini bukan rahasia lagi.

Keberadaan SBY di Demokrat kala itu, kini Sandiaga Uno yang begitu keluar dari Gerindra langsung mendapatkan jabatan mentereng di PPP. Hal-hal sangat sederhana, padahal bicara poltik itu bicara juga mengenai loyalitas, integritas, dan daya jugang, ideologis, dan itu semua perlu waktu untuk melihat hasil atau dampaknya.

Bayangkan saja jika lima tahun sekali berpindah partai dan itu seolah menjadi jenjang karir bagi beberapa politikus. Padahal dalam kinerja sama sekali tidak memperlihatkan hasil yang signifikan, apalagi kog gilang gemilang. Hanya karena memiliki kas atau isi tas yang tebel dan juga popularitas kemudian menjadi rebutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun