Riuh rendah soal pilpres 24 makin asyik. Jokowi turun terjun dalam teka-teki ke mana ia akan mengarahkan dukungan. Para relawan dan organ yang mendukungnya menjadi presiden dua periode masih penasaran dengan bahasa kiasan dan simbol yang Jokowi lontarkan.
Beberapa waktu lalu, ketika bersama Prabowo, presiden yang pernah juga menjabat walikota ini mengatakan, nanti, 24 jatahkan Pak Prabowo menjadi presiden. Sontak, pemberitaan dan pembicaraan media arus utama ataupun media sosial mengatakan Jokowi mendukung Prabowo ntuk meneruskan apa yang telah dimulainya.
Analisis dan prediksi pasangannya adalah Ganjar Pranowo, sebagai  kandidat yang sama kuatnya dalam rilis survey-survey. Ada pula yang mengatakan akan berpasangan dengan Puan Maharani sebagai pemilik partai pemenang pemilu di periode lalu.
Dasar yang publik nyatakan adalah demi keberlangsungan pembangunan IKN dan proyek-proyek Jokowi yang telah dicanangkan bisa terlaksana terus.    Masih wajar saja. Boleh menganalisis dan menerka-nerka ke mana angin politik itu. Asyik bukan  demokrasi itu?
Kemarin, ayah walikota Solo ini memberikan pernyataan dengan mengambil simbol rambut putih. Lagi-lagi pada menyoal ini adalah Ganjar Pranowo yang memang berambut putih. Konteksnya adalahh orang yang memikirkan negara itu penuh keriput wajahnya dan  rambutnya cepat menjadi putih karena banyak mikir, tegang, dan tertekan memikirkan bangsa dan negara.
Publik juga paham, bahwa Jokowi itu penuh dengan bahasa simbol dan sering menggunakan kiasan dalam menyikapi atau menjawab persoalan politik. Berangkat dari situ sering masyarakat menyebut langkah politik itu laiknya langkah kuda dalam permainan catur. Susah ditebak karena penggunaan simbol dan kiasan.
Rambut putih atau Pak Prabowo jatahnya nanti sebenarnya bukan barang baru. Ketika 2019 Â menjelang, ketua-ketua umum parpol pengusung dan pendukung pada caper dan carmuk siapa tahu akan digandeng dan dijadikan pasangan untuk maju dalam gelaran pilpres waktu itu.
Presiden yang terlihat akan meninggalkan JK, dan juga batasan dua periode  membuat peluang ketum partai makin kuat dan terbuka. Ada Airlangga Hartarto, Romi, dan juga yang paling getol dan sudah pasang baliho, Cak Imin. Semua wajar mengharapkan jabatan itu, ada alasan jelas juga dengan keberadaan partai yang sangat mungkin memberikan suara dan berharap terpilih tentu saja.
Pada waktu itu, presiden ketujuh ini "menggilir" ketua umum partai itu untuk ada kebersamaan dengannya. Kalau tidak salah ingat, Cak Imin diajak menjajal kereta cepat. Ketua umum Golkar terlihat lari pagi bareng, dan Romi bersama-sama dalam sebuah acara. Toh mereka semua tidak menjadi calon apalagi wakil presiden.