Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Tahun Politik dan Literasi Digital

19 Juni 2022   13:49 Diperbarui: 19 Juni 2022   14:21 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun Politik dan Literasi Digital

Beberapa waktu lalu mendapatkan sebuah link atau tautan yang menyatakan, jika PT KAI memberikan hadiah yang bisa dipilih. Salah satu hadiahnya adalah uang tunai dua juta rupiah. Beberapa waktu kemudian di berbagai grup dapat tautan yang sama. Karena memang untuk menebs hadiah kemenangan perlu menyebar pada 20 anggota yang ada di pertemanan atau lima grup media percakapan.

Beberapa yang membagi memang generasi old, di mana tautannya makin rapi dan semakin mirip dengan situs asli. Suka atau tidak, hal-hal demikian masih sangat sering terjadi. Lha dulu     teman dari Amrik saja berbagi tautan hadiah dari merk spatu global Nike dan Adidas. Siapa sih yang tidak tergiur membayangkan harganya dan dapat gratis pula.

Hal-hal demikian sebenarnya lagu lama, di mana dulu model hadiah dengan angka fantastis, ratusan juta. Atau telpon untuk minta tranfer anak kecelakaan dan sebagainya. Kini,  ketika cara berkomunikasinya berbeda, maka caranya juga berubah.

Makin marak penipuan dan penyesatan informasi karena dunia digital yang demikian masif. Ditambah bahwa budaya baca dan literasi kita masih rendah. Ini masalah yang sangat besar, ketika melihat angka-angka yang tersaji berkaitan dengan keberadaan anak negeri ini.

Lebih memilukan, ada web dan situs yang memang berisi berita atau kejadian palsu. Di sinilah peran untuk melihat, apakah ini satire, palsu, atau memang sekadar orang iseng demi meraup uang dari dunia digital. Kadang bukan sepenuhnya kebohongan, namun ada juga yang memang tujuannya sekadar mendapatkan pembaca, tanpa mau bertanggung jawab atas isi.

Bahaya lagi, jika itu berisi virus atau aplikasi untuk mencuri data-data vital pengakses. Sangat berbahaya dan rentan bagi alat, smartphone, ataupun data-data personal kita. Hati-hati.

Tidak bisa dipungkiri bahwa internet dan dunia digital adalah hidup kita, terutama bagi generasi Z dan milenial. Mirisnya dengan pandemi, generasi old pun mau tidak mau harus tahu internet. WFH, atau PJJ membuat orang tua mau tidak mau berakrab ria dengan yang namanya zoom, google meet, ataupun media sosial lainnya.

Dunia maya yang sekian luasnya itu berisi aneka macam dan ragam mau informasi, data, atau apapun itu. Mau benar, salah, separo benar ataupun salah, tetap tersaji, nah kemampuan membedakan mana yang salah, separo salah, atau bahkan penipuan, kebohongan itu perlu kecerdasan dan kemampuan istimewa.

Digital literasi menjadi kunci penting. Bayangkan, Kaspersky mengadakan riset pada generasi Z, di mana mereka inilah penguasa jagad digital. Ternyata mereka terbiasa membagikan tautan atau link, maupun informasi tanpa verifikasi. Bagi saja demikian.    Kalangan yang ada di Asia Tenggara.

Kita, negeri ini termasuk di dalamnya.  Padahal, indek literasi digital negeri ini ada pada angka 3.46 dari skala 5. Masih lumayan meengah ke atas.  Namun masih jauh dari kata baik. Wajar ketika Komindo dan Johnny Plate bersikukuh untuk meningkatkan literasi digital ini dengan berbagai cara.

Gerakan Nasional Literasi Digital, GNLD, program sejak 2017 inipun masi terlalu jauh dari gaungnya. Masih demikian marak pemberitaan mengenai penipuan dan pembohongan publik. Memang suka atau tidak, karena budaya baca bangsa ini masih terlalu lemah.

Verifikasi sebuah data, informasi, atau link itu sangat penting. Jadi tidak asal membagikan demikian saja. Generasi-generasi 60-70an, yang masih baru memegang gadget dan juga mengenal internet sering berbagi konten yang tidak sepenuhnya benar.  Dunia maya demikian    banyak pemain, ada apa di balik sebuah postingan yang demikian gencar.

Motifnya ada, uang, politik, atau mau mengacaukan keadaan. Nah, banyak orang yang tidak paham akan hal-hal demikian.  Padahal demikian  banyak hal demikian mengisi internet. Data oleh We are Social dan Kepios menyatakan mencapai 80.1 % orang berselancar di dunia maya itu untuk mendapatkan informasi.

Kominfo menyatakan, sepanjang 2021 ada 1733 konten misinformasi dan disinformasi. Dominan adalah soal covid 19. Apa itu info mis dan disinfomasi? Ada tujuh (7) klasifikasi, yaitu satire/parodi, konten palsu, konten tiruan,  konteks yang salah, konten yang dimanipulasi, dan koneksi yang salah.

MAFINDO memberikan klasifikasi menjadi  tiga jenis informasi di sana. Pertama, konten yang menyesatkan, kedua konteks yang salah, dan ketiga konteks yang salah.

Itu semua bercampur baur menjadi satu. Nah, kecerdasan digital hanya bisa diperoleh dengan edukasi atau literasi digital. Apalagi menjelang tahun politik, sangat mengerikan apa yang akan terjadi.

Black campaign atau bad campaign sangat mungkin terjadi. Lha tanda-tandanya saja  sudah mulai. Mendeskreditkan calon potensial dengan berita atau data palsu itu jelas sangat buruk. Biasanya minimal agar aman dari jerat UU ITE dengan narasi  menyembunyikan separo data, sehingga seolah-olah si tokoh itu pelaku keburukan.

Literasi digital itu sangat penting, bukan semata demi menghindari penipuan, namun juga agar tidak terjebak memilih kucing dalam karung yang dipoles oleh dunia digital. Itu sudah di depan mata, agar menjadi kewaspadaan bersama.

Terima kasih

https://m.liputan6.com/cek-fakta/read/4957487/hoaks-dari-situs-berita-palsu-bermunculan-simak-tips-mendeteksinya

https://m.liputan6.com/cek-fakta/read/4987303/perkuat-literasi-digital-lewat-website-petualangan-ligi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun