Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Bonyoknya Ade Armando

11 April 2022   19:21 Diperbarui: 11 April 2022   19:27 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malah seperti domba masuk kawanan serigala. Habis. Miris sih sebenarnya, bagaimana negara yang adiluhung ini menjadi demikian arogan. Perbedaan adalah musuh.

Memperlihatkan bagaimana sikap berbeda itu sebagai sebuah kodrat dari Sang Khalik belum sepenuhnya bisa dipahami dengan semestinya. Malah cenderung memperbesar perbedaan bukan menemukan persamaan.

Miris, bagaimana negara dengan Bhineka Tunggal Ika ini malah tercabik-cabik karena arogansi dan kesewenang-wenangan bagi pihak yang berbeda. Aneh dan lucu, ketika negeri Pancasila yang beraneka ragam mau diseragamkan. Ini jelas menghianati apa yang menjadi kehendak Pencipta.

Betapa beragamnya negeri ini, bagaimana bisa ketika berbeda pandangan politik saja sudah seberigas itu, susah bicara toleransi yang harus legawa dan menerima bahwa saudaranya itu berbeda dan sangat mungkin itu bersinggungan dengan kedirian, bagaimana tidak muntab.

Wajar, ketika bicara toleransi ima dan agama bisa meradang. Hal dogmatis dan prinsip bisa membuat panas. Sesuatu yang sederhana, politik saja ribet, apalagi yang mendasar.

Sikap merasa diri lebih itu ditunjang keberadaan kelompok makin menjadi. Sikap yang senggol bacok dan mudah tersulut ini kan bukan sikap negara ini. Tetapi   ada sekelompok pihak yang memang memanfaatkan kondisi ini, dipanas-panasin untuk selalu ribut.

Fenomena tikus dalam karung yang memang dihidupi oleh pihak-pihak tertentu agar negara ini lemah dan selalu dimanfaatkan pihak-pihak yang memanfaatkan kekayaan dan keberadaan negeri ini. Riuh rendah  pada hal-hal remeh, sehingga terlena pada yang esensial dan besar.

Demokrasi yang masih coba-coba, di mana lebih cenderung bermusuhan, kekerasan, kebencian, dan dendam.  Padahal, demokrasi sejati akan berdu argumen, pendapat, dan ide atau gagasan, adanya perbedaan itu hal yang lumrah.

Semua masih berproses dan bahwa riak-riak kecil itu ya wajar. Namun perlu kesadaran bersama bahwa ada masalah yang perlu dibenahi. Tidak hanya dibiarkan.  Perlu mengakui ada masalah.

Penegakkan hukum yang lemah dan tercampur dengan politik dan agama. Jika terus terulang hal ini akan merusak tatanan hidup bersama. Ada kejadian ketika berkaitan dengan beberapa kelompok yang aman dan posisi lain sangat keras banget.

Ada yang memang menggunakan cara ini untuk menciptakan instabiitas politik dan keamanan negeri ini. Pilunya adalah disambar dengan cepat oleh sekelompok pihak di sini yang tamak, klop kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun