Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mendag Tergelincir Minyak Goreng dan Kena Reshuffle?

22 Maret 2022   20:09 Diperbarui: 22 Maret 2022   20:20 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soetrisno Bachir, bisa menggantikan M. Lutfi yang berkali-kali gamang mengatur perdagangan. Telor sempat naik turun gak karuan, yang membuat peternak mabuk karena harga sangat rendah. Pun kedelai. Isu yang sangat seksi bagi pihak-pihak yang hendak menggantikan kekuasaan di tengah jalan.

Mendag kali ini bukan orang partai. Posisi yang jelas lemah, di mana politik banci masih demikian kuat. Katanya presidensial, namun toh dewan dan parpol juga sangat dominan. Hal yang selama ini belum tersadari, korban eforia reformasi yang belum juga membaik.

Oposan yang getol menyerang pemerintah mengenai jabatan diperpanjang atau menggubah menjadi bisa tiga periode, namun sama inkonstitusional juga dengan mau mengganti di tengah jalan. Ini sama-sama ngaconya.

Menjelang 24 keadaan memang makin panas. Siap-siap saling sikut dengan berbagai isu dan rakyat yang menjadi korban. Elit sih enak-enak duduk manis, apapun mereka tetap enak. Berapa banyak sih, yang memikirkan rakyat, kebanyakan hanya memikirkan perut sendiri dan keluarganya.

Ya mau apalagi ini adalah ala demokrasi yang dipaksakan, di tengah tabiat dan kebiasaan seenaknya sendiri. Feodalisme yang begitu kuat, kesetiaan dan taat azas yang sangat lemah pula.  Susah, para     profesional untuk bekerja dengan semestinya. Kalah oleh kepentingan politik.

Belum lagi rongrongan ideolog yang dikemas agamis. Mereka ini juga pelaku paling getol dalam menyuarakan kegaduhan. Apapun dijadikan bahan untuk memojokkan pemerintah. Lebih oposan dari oposan.

Media juga terlibat amat erat,   di tengah peliknya persoalan   bisnis media, terutama cetak, mereka sangat mudah tergoda untuk menjadi buzzer bagi pihak-pihak tertentu. Ketika ketahuan atau  terpojok, mereka  berdalih kebebasan pers.

Ini semua memang masih harus dijalani, dan semua proses. Harapan yang membaik sangat mungkin akan menjadi lebih buruk, jika salah melangkah. Ujung-ujungnya sih doit dan kekuasaan. Miris sih, mengaku agamis, religius, namun tamak.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun