Mendag Tergelincir Minyak Goreng dan Kena Resuffle?
Persoalan minyak goreng masih juga panas. Sudah ada isu pawang hujan Mandalika, tidak cukup meredakan. Usai bingung tidak ada  minyak, kini mengaku bingung juga tiba-tiba persediaan minyak melimpah ruah, dengan harga edan-edanan tentu saja.
Mengatakan dan mengaku tahu mafia, mau mengungkap nama-nama, eh tiba-tiba malah kebingungan banjir minyak. Apakah ini normal sebagai menteri yang tentu saja diperlengkapi dengan staf dan birokrat yang sangat berlimpah? Naif jika tidak tahu.
Masalahnya adalah, ia tidak paham dengan permainan politik, dunia usaha, dan mafia yang saling bertautan sangat erat. Akhirnya bingung sendiri. Terlihat dari pernyataannya yang simpang siur.
Ini masalah krusial karena melibatkan kepentingan sangat penting, meskipun bukan hidup dan mati. Belum lagi gorengan politis. Lihat saja bagaimana Demokrat melalui Ibas berbagi minyak 16 ton. Padahal saat itu pasar lagi tidak ada minyak.
Pemberitaan sedang adanya penggerebegan penimbun, namun tidak bagi Ibas dan partai mercy. Artinya ini tidak semata, ekonomi, bisnis, dan mafia. Ada partai yang bermain, susah ditolak asumsi itu.
PAN yang sudah menendang pendirinya, Amin Rais, biasa khas partai matahari ini, merapat ke pemerintahan. Nah, tentu saja tidak ada yang gratis. Salah satu yang biasa terjadi adalah satu jatah menteri. Â Desas-desus ini sudah lama terdengar. Â Â
Ada pula Marsekal Purnawirawan Hadi, mantan Panglima TNI yang perlu juga ungkapan terima kasih untuk duduk di pos kementrian. Â Berarti ada dua pos yang kudu disediakan.
Menendang orang parpol tentu sulit, karena meskipun tidak profesional, kinerja jebok sekalipun, toh mau tidak mau, suka atau tidak, mereka pasti enggan tergeser. Â Bisa berarti bahwa akan terbuang dari orang yang nonpartisan, profesional, dan bukan orang yang ada afiliasi partai secara langsung.
M. Lutfi selaku  Mendag sangat rentan terdepak dan masuklah dua sosok sebagaimana dibahas di atas. Dari PAN dan mantan panglima, nama terakhir sih bisa jadi tidak juga. minimal yang PAN pasti sudah ngebet.