Omong dan narasi sih gede dan menjanjikan, tapi tidak ada satupun aksi nyata yang sudah dilakukan. Pandemi jelas contoh konkret hanya pinter bicara nol kerja. Merusak penanganan pusat dan ketika keadaan membaik tiba-tiba nyelonong dan engaku sukses. Cek sendiri kalau tidak merasa malu dan bego.
Ketiga, Nusantara ini bukan semata menata hal yang tidak baik, membangun dari nol dan menjadi utuh sebagaimana yang direncanakan. Ini jelas butuh orang yang memiliki visi dan misi membangun, bukan malah merusak. Jakarta itu tinggal melanjutkan. Â Begitu saja gak becus kog.
Paradigma pokok e bukan gagasan Ahok-Jokowi, akan juga terjadi di IKN Nusantara. Lha orang yang sudah terbiasa berpikir demikian kog diminta mengawal IKN yang jelas-jelas impian Jokowi banget. Bisa jadi 100 tahun juga masih maket di tangan Anies Baswedan.
Keempat. Ini sih akal-akalannya PKS dan juga kepentingan politik Anies dan kawan-kawan untuk mempertahankan keberadaan Anies di panggung politik nasional. Mengapa demikian? Karena  tahun ini sudah berakhir. Menanti dua tahun tanpa jabatan untuk menuju pilpres tentu saja sangat mahal.
Lihat saja AHY tidak bisa apa-apa dengan posisinya sebagai ketua umum partai sempat gede . Tentu hal ini dicermati oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan Anies menjadi presiden.
Kelima, ini jelas kepentingan politik PKS sendiri. Mereka paham, bahwa akan ada Gelora dengan gerbong yang sangat identik dengan PKS. Mereka paham betul tidak bisa dianggap enteng. Mereka sendiri tidak puny kader yang semenjual Anies untuk menarik publik.
Mardani Ali Sera, Hidayat Nur Wahid hanya begitu-begitu saja. Menyoal kebijakan pemerintah yang jelas sangat tidak populer bagi publik. Bagaimana mereka bisa bertahan, apalagi himpitan pada kelompok inteloran dan radikal makin kuat. Secara partai juga sangat lemah.
Keenam, selalu menolak gagasan dan ide koalisi pemerintah, namun tidak cukup memberikan gambaran solusi atau minimal mana yang lebih menjanjikan. Jelas terbaca bahwa itu adalah sebuah permainan politik tanpa   konsep. Hanya ideologi mereka yang dipikirkan. Pokoknya aman dan selamat saja.
Artinya mereka juga paham, bahwa mereka bisa ditinggalkan massa mereka dan terpental dari gedung parlemen. Kan sia-sia perjuangan mereka yang sudah pol dan terbuang.
Usulan yang nyleneh dan tidak cukup bermutu. Tetapi toh memang harus dilakukan, karena mereka selalu berhitung ketenaran media sosial, bukan faktual. Setali tiga uang dengan permainan politik mereka yang hanya gemar sensasional bukan yang esensial.
Terima kasih dan salam