Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memelihara Koi Membuat Stres

14 Februari 2022   20:33 Diperbarui: 14 Februari 2022   20:35 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memelihara Koi Membawa Stres

Kala saya membagikan postingan video ikan koi saya di media sosial, banyak rekan yang mengatakan, asyik kui, apalagi kalau pas udah gede dan datang pas kita beri makan. Itu berbulan lalu. Kini, keadaan itu sudah menjadi nyata. Asyik, lelah beraktifitas dan ngetik, datang ke kolam atau aquarium dan melihat mereka datang meminta makan.

Jadi seger, kembali fokus pada pekerjaan. Ikan koi membawa kesegaran, bisa jadi benar. Berbeda dengan kisah yang dituturkan pada media online.

Si penutur mengatakan, kalau memelihara koi itu membuat stres. Mengapa demikian?

Ia mengatakan, setiap saat cemas akan keberadaan ikannya. Jangan-jangan mati, ia selalu memperhatikan dengan saksama keadaan ikannya. Bagaimana gerakan ikannya, apakah sehat, atau malah menunjukkan gejala sakit.

Selalu ia temukan ada saja yang tidak biasa. Renangnya kenceng yang artinya stres. Atau malah hanya diam saja. Atau sisiknya bermasalah. Satu demi satu berpindah ke kolam karantina. Penyehatan yang berujung kematian.

Setiap  kali demikian, berkali ulang  ia beli lagi dan tragedi yang sama terjadi.    Berjuta-juta untuk membeli ikan, pengobatan, dan waktu yang ia   sediakan bukannya mengurangi stres, malah menambah masalah, karena sang istri mulai tahu harga ikan yang mati itu.

Menarik untuk dilihat lebih dalam lagi, mengapa memelihara koi membawa stres?

Fokus dari penulis itu hanya pada koinya tidak baik-baik saja. Afirmasi negatif, konsentrasi, fokusnya, pada ikannya tidak sehat, perlu perawatan, dan seterusnya. Padahal keberadaan koi itu luar biasa banyak keelokannya.  Karena konsentrasinya, ikannya tidak baik, tidak semestinya, ya terjadi demikian.

Padahal melihat warna ikan koi itu sebuah keasyikan, belum lagi cara berenang mereka. Kala berebut pakan dan cara melihat mereka berebut perhatian untuk lebih dekat dan mendapatkan pakan terlebih dahulu.

Usai kenyang mereka akan pergi begitu saja dan itu terlihat anggun. Bayangkan, ikan sudah indah warnanya, renangnya juga bagus. Bandingkan dengan lele atau nila.

Mengapa bisa menyimpulkan koi membuat stres?

Afirmasi dan mengundang, serta fokusnya pada keadaan koi tidak baik-baik saja. Padahal jika diubah, ikanku baik dan sehat, akan juga demikian terjadi.  kekuatan pikiran itu sangat kuat dan memiliki dampak yang luar biasa.

Kisah spiritual mengajarkan, seorang guru mengatakan, bahwa semua muridnya harus melewati jembatan sangat kecil di atas kolam yang penuh dengan buaya. Narasi yang  dikembangkan belum ada yang mampu lewat, ditambahkan, bahwa benda-benda yang terlihat dalam  kolam itu adalah tulang belulang para senior yang gagal meniti batang sebagai jembatan.

Salah seorang murid sama sekali tidak diberi tahu cerita itu. Tanpa kesulitan berarti ia mampu menyeberang dengan baik. Rahasianya adalah, takut gagal, takut jatuh, dan itu akan membebani an menjadi fokus akan yang dilakukan. Beneran terjadi.

Pengalaman dan juga pendidikan sangat berpengaruh pada cara berfikir dan bersikap dalam menghadapi segala sesuatu. Penulis yang mengaku koi membuatnya stres sangat mungkin ia mau menjaga ikannya tetap baik-baik saja. Maunya yang terbaik, abai bahwa ia tidak berkuasa memberi nyawa pada peliharaanya.

Idealis, perfeksionis. Malah melewatkan hal --hal yang seharusnya menjadi sumber kenikmatan. Konsentrasi pada keadaan yang tidak semestinya, dan benar terjadi. miris.

Berpikir positif dan mengafirmasi bahwa akan terjadi yang baik-baik saja. Perlu diingat, ikan juga perlu adaptasi dengan lingkungan barunya. Koi termasuk susah untuk menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru.

Nah, sangat mungkin ikan lagi menyesuaikan diri sudah disimpulkan sakit. Pengobatan malah menambah masallah dan berujung pada kematian.

Hidup sehari-hari kita juga sering bertindak demikian. maunya lancar, namun karena berpikir kendala, maka datang beneran penghalang.  Fokus kita, apa yang kita berikan perhatian, energi, dan menjadi pusat, ya terjadilah yang demikian.

Kesadaran. Ini menjadi penting, sehingga sikap kita menjadi lebih positif. Antisipasi, hari-hati itu penting, namun tidak kemudian menjadi khawatir, cemas, dan galau. Sikap mental positif itu penting. Kesadaran dalam menjalani apapun di sini dan saat ini.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan      

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun