Rocky Gerung: Anies Layak Pimpin Nusantara, dan Kepemimpinan Ganjar Pranawa, Berebut Panggung 24
Nusantara memang sudah memisahkan, mana kambing mana domba. Semua terpisahkan bak kutub magnet. Lihat saja para penolaknya, dengan membawa-bawa Tuhan segala. Pada sisi lain, para pendukung atau minimal tidak ambil peduli berlebihan, mau pindah atau tidak  bukan masalah, tetap bahagia. Hidup berjalan terus kog.
Pada bagian lain, lomba-lomba mengharap bisa jadi pemimpin  di IKN Nusantara. Kelompok, ormas, atau parpol getol menyorongkan nama-nama potensial.  Termasuk kelompok yang menolak dengan terang-terangan pemindahan Ibu Kota Negara, Nusantara. Lucu atau naif? Ngakak saja. Karena ya itu lagi itu lagi.
Menarik apa yang Ganjar Pranawa lakukan, sebuah temuan sebagai pemimpin daerah. Ia sidak dan mendapati tembok ambrol hanya karena sepakan, bukan tendangan. Sontak menjadi pembicaraan, dan ramai menjadi sebuah "kampanye" positif, gratis, bukan buatan dengan cara aneh=aneh.
Seorang pemimpin daerah, melakukan kunjungan mendadak pada bangunan proyek dan menemukan masalah itu  kalau mau sangat biasa. Hanya saja, sering pejabat itu datang manut pada maunya kontraktor atau penanggung jawab lapangan. Kalau mau tahu keadaan asli, jalan sendiri dan akan menemukan begitu banyak  masalah.
Hal yang masih terjadi dan itu bukan cari-cari. Mayan untuk menaikan nama di depan publik tanpa perlu merebut panggung atau mencela pihak lain. Hal yang   pasti masyarakat sukai dan elu-elukan. Keadaan proyek masih banyak persoalan, jadi sebenarnya itu adalah peluang gede untuk menaikan citra positif dengan cara yang elegan dan sah.
Ribet dari pada pontang-panting ke daerah lain dengan jelas melanggar jam kerja. Dalih apapun toh kalau mau jujur itu korupsi waktu dan tanggung jawab. Padahal di daerah yang ia memiliki wewenang, banyak hal yang bisa dipakai untuk menaikan elektabilitas dan ketenaran.
Rocky Gerung: Anies Baswedan Layak Pimpin IKN
Aneh dan ajaib. Satu sisi ia getol menolak dengan segala argumennya. Namun ia juga mengusulkan orang untuk menjadi pemimpin di sana. Mirisnya, publik tahu apa yang menjadi rujukan itu tanpa kemampuan sama sekali.
Panggung Anies Baswedan akan hilang pada akhir tahun ini. menjaga momentum hingga 24 yang masih hitungan lebih setahun itu sangat tidak mudah apalagi murah. Tanpa jabatan, Anies Baswedan akan ditinggalkan media. Paling-paling bisanya mengadakan konferensi pers, dan ironisnya hanya itu-itu saja. Melakukan kritik yang ia sendiri tidak paham esensinya, apalagi melakukannya.