Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Sekolah Berbasis Agama Menjamin Akhlak Anak?

17 Januari 2022   21:14 Diperbarui: 17 Januari 2022   21:35 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat beragama layak diacungi jempol, sekolah berbasis agama menjamur dan laris, aktivitas keagamaan menggembirakan dengan penuhnya tempat-tempat ibadah,  bangunan rumah ibadah sangat megah bahkan mewah, di mana-mana. Satu sisi ini adalah kemajuan yang layak diapresiasi. Namun, memilukannya adalah, hal-hal itu tidak kemudian berbanding lurus dengan keadaan hidup bersama yang lebih baik.

Apa yang kita saksikan bersama, pelaku maling doit negara masih menjadi-jadi. Apa fungsi atribut dan aktivitas agama, jika masih saja maling tanpa  merasa bersalah dan petentang-petenteng. Ini jelas-jelas ada yang salah. Harusnya malu maling jika benar dalam beragama.

Caci maki dan ujaran kebencian marak di tengah-tengah euforia beragama. Bagaimana bisa orang mengaku beragama sekaligus mengeluarkan kata-kata kotor di mimbar dan acara keagamaan. Tentu ada yang salah.

Pemuka-pemuka agama, asyik dengan mengulik agama lain, atau malah asyik masyuk dengan dunia politik. Hal yang sebenarnya aneh dan naif. Begitu banyak persoalan moralitas dan perihidup, namun malah lebih banyak membahas agama lain atau urusan tata negara, yang mereka tentu saja tidak cukup kapasitas untuk membahasnya.

Sebenarnya miris, kala agama malah menjadi bahan atau obyek bisnis-ekonomi, apalagi politik. Sayang, yang awalnya maunya saleh malah menjadi korban. Lihat saja demikian banyak model-model bisnis berkedok agama, dan berujung pada penipuan.

Pun politik identitas agamis begitu marak, isu agama si calon pejabat yang diekspose besar-besaran, istilah-istilah agamis disematkan dalam pemilu, namun perilaku berpolitiknya jauh dari ajaran agama.  Hal demikian malah menurunkan keberadaan agama yang seharusnya agung.

Masalahnya adalah pemilik kepentingan yang  menggunakan segala cara yang murah meriah. Agama dan kesukuan di mana saja akan laku keras. Apalagi kebebalan sudah diciptakan terlebih dahulu.

Negara lain sudah bersiap berpindah dengan teknologi yang sangat canggih, di sini masih asyik dengan terminologi agama yang itu-itu saja. Sejatinya agama tidak ada yang salah dan keliru, hanya penafsiran yang sewenang-wenang menjadikan masalah.

Menafsirkan teks saja sudah susah, apalagi konteks, diperparah dengan sikap malas belajar, sikap kritis yang keliru, dan juga arogan. Sikap merasa  paling benar malah mempertontonkan cara beragama yang tidak tepat.

Sekali lagi tidak ada agama yang salah, namun cara beragama yang keliru. Sikap manusia yang memiliki kelemahan namun merasa superior dan merasa lebih dari yang lain.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun