Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Menkominfo-Johnny Plate, Metaverse, Jokowi, dan NU

15 Januari 2022   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2022   09:49 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metaverse: Kompas.com

Wikipedia, di mana ini adalah  layanan terbuka, sedikit banyak tidak bisa dianggap seluruhnya benar, namun memberikan definisi sedikit lebih mudah. Metaverse sebagai sebuah bagian internet yang menjadikan interaksi virtual menjadi semirip mungkin dengan aslinya. Keterlibatan kita sangat penuh di dalam aktivitas virtual itu.

Lihat saja, kerja dari rumah, sekolah dari rumah, bukan sekadar membagi tugas dan mengumpulkan hasil pekerjaan dan selesai. Interaksi yang sangat minimal. Metaverse jauh lebih gede karena ada interaksi yang lebih komplet di sana. Tidak heran, sudah mulai ada menu restoran yang bisa   dicicipi dari layar gadget kita.

Jangan kemudian menjadikan ini sebagai musuh, apalagi dengan dalih dan dasar agama yang kolot. Ini hasil cipta manusia yang sangat membantu, bukan malah menjadi batu sandungan. Orang tidak perlu jauh-jauh ke Vatikan atau Makah, atau Paris misalnya. Namun bisa melihat, merasakan, dan seolah-olah mengalami perjalanan di musieum Vatikan, Paris, atau berkunjung ke Makah.

VR manusia nyemplung dalam teknologi, AR teknologi masuk pada dunia manusia, dan metverse ada ketersalingan. Saling nyemplung dan menyemplungi. Ada kolaborasi yang lebih komprehensif, di mana dibutuhkan mana yang lebih sesuai dengan keinginan kita.

Dunia tiga dimensi, 3D vurtual sudah ada di depan mata. Menggantikan 2D yang sudah saatnya memang ditinggalkan. Kemajuan teknologi itu sangat menarik dan membantu.

Johnny Plate selaku Menkominfo mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bisa terlibat untuk mewaujudkan metaverse yang benar-benar baik dan berdaya guna dengan basis budaya sendiri. Bayangkan, jika acara di Bromo, Waisak di Borobudur, sendratari Ramayana di Prambanan bisa dijadikan metaverse, Indonesia akan berjaya di dunia internasional.

Masalahnya adalah, bangsa ini masih terlalu banyak orang kolot, konvensional, dan terlalu curiga kemajuan zaman,. tafsir teknologi dengan paradigma agama. Untungnya sih, selama ini kalau bicara dunia informasi, termasuk internet tidak menjadi masalah. Ada yang menolak pun  tidak menjadi berlarut-larut, kalah dengan sendirinya.

Politik, setali tiga uang, sering menjadi penghambat dalam banyak segi perihidup. Lagi-lagi dalam perkembangan teknologi informasi mereka tidak ikut cawe-cawe. Berbeda dengan icang lain.

Harapan bagus bahwa dunia metaverse akan makin menjadi kebutuhan dan bisa tumbuh dengan sangat baik di negeri ini. Menjanjikan dan sangat menarik.

Terima kasih  

Sumber bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun