Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Demokrasi dari Kisah Junimart Girsang dan Arteria Dahlan

29 November 2021   10:03 Diperbarui: 29 November 2021   20:38 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, abai akan azas dan konsensus. Lagi-lagi ini adalah permainan politik, mereka paham apa yang terjadi, namun demi mendapatkan keuntungan ya lakukan saja manipulasi apapun itu. Demokrasi itu ada  batasan, lima tahun, nah mengapa mereka tidak tahan dan membuat ulah? Ya karena tidak taat azas dan konsensus. Munafik.

Ketiga, kebanggan korp yang berlebihan. Ada dua ormas yang disebut, satunya tidak bereaksi berlebihan, satunya sangat berlebihan dan membuktikan statemen Junimart benar, karena adanya senjata tajam waktu berdemo. Layak bubar.

Keempat, berkaitan point ketiga, mereka yang berlebihan memiliki  jaringan, politikus terutama yang sangat besar. Mereka sudah "berjasa" atas orang dan lembaga, sehingga memiliki potensi untuk  menuntut balas jasa untuk "perlindungan".

Kelima, feodal dan KKN gaya baru. Tekanan massa dan publik dengan pembentukan opini bisa membuat kejadian sebenarnya bias. Hal yang berbahaya, karena kebenaran bisa jadi bukan UU atau pasal-pasal KUHP, namun tekanan massa dan opini publik yang sudah direkayasa. Sangat berbahaya bagi hidup bernegara.

Keenam, media yang biasa semata mencari uang dengan membuat judulclik bait atau bombastis, memotong-motong masalah, membesar-besarkan persoalan, dan juga menyembunyikan fakta, sehingga publik terpancing untuk panas dan kemudian kejadian sebenarnya malah tertimbun dalam-dalam.

Ketujuh, masyarakat masih minim literasi, sehingga mudah diombang-ambingkan pemberitaan yang kadang hanya separo benar. Tentu saja ini dengan sangat baik diketahui pihak-pihak yang mau menggunakan kesempatan untuk keuntungan kelompoknya.

Kedepalapan, memang ada sekelompok elit yang biasa memutarbalikan fakta dengan tujuan membuat disinformasi kemudian masyarakat menjadi apatis dan tidak mau tahu dengan keberadaan negara. Tujuannya untuk memperlemah pemerintah dan negara tentu saja.

Kesembilan, pembiaran demi citra politik baik dan atas nama stabilitas nasional, membuat kelompok-kelompok tampil dengan baik namun di balik itu garang. Tentu publik paham kog siapa-siapa di balik kelompok---kelompok arogan itu.

Semua memang harus dihadapi. Namanya juga demokrasi yang baru latihan. Syukur bahwa latihan saja sudah seperti ini. Memang harus diakui masih terlalu banyak masalah yang perlu diselesaikan dengan kesadaran bersama.

Eforia sekian tahun represi dan kemudian menjadi bebas tanpa batas, dan itu wajar kalau keadaan seperti ini. Yang sudah merasa nyaman dan aman kemudian enggan untuk adanya pembenahan yang ujungnya mereka akan terlibas.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun