Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ridwan Kamil Istikharah dan Realitas Politik Menjelang 2024

20 Oktober 2021   19:16 Diperbarui: 20 Oktober 2021   19:39 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil: Detik.com

Ridwan Kamil, Istikharah, dan Realitas Politik Menjelang 2024

Pilpres 2024 masih jauh. Pimpinan daerah dan elit sudah mulai genit. Padahal tidak sedikit dari mereka itu sedang berjibaku mengatasi pandemi. Beberapa sangat gagal melihat kinerja mereka. Memilukan mereka sangat percaya diri menatap  pemilihan presiden itu.

Salah satu yang cukup getol dan sangat yakin itu Ridwan Kamil. Tidak ada yang salah, semua warga negara itu berhak untuk dipilih dan juga memilih. Nah, ketika siap dipilih yang penting itu ada tidak yang mau memilih. Itu titik krusialnya.

Usai reformasi, akhir-akhir kejayaan Soeharto pun sama. Begitu banyak orang sangat yakin bahwa mereka layak, mampu, dan siap menjadi presiden. Rakyat pasti akan  memilihnya karena apa yang sudah dilakukan. Contoh Amien Rais. Toh sampai sekarang juga tidak jadi presiden. Benar, tidak ada yang salah untuk ngarep dan yakin bisa jadi presiden.

Alam demokrasi itu persaman hak sangat dijunjung tinggi. Kini, ketika pemerintahan masih berjalan dua tahun tepat, sudah banyak yang merasa diri pantas. Sudah mulai menebar baliho, survey-survey sudah mengadakan riset, dan mengeluarkan hasil amatan mereka.

Nama-nama cukup lama masih ikut masuk bursa yang dirilis oleh lembaga survey, Prabowo calon abadi masih cukup moncer, apalagi rival utamanya sudah tidak lagi bisa maju kembali. anies Baswedan, ini sejak sangat lama selalu ikut dalam  hasil survey. Disusul Ganjar Pranawa yang melejit dan menyejajari Prabowo hari-hari ini.

Nama-nama Risma, AHY, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil  masih terlalu jauh untuk menyamai Ganjar dan Prabowo, mendekati Anies saja masih terlalu jauh. Toh masih tiga tahun kurang.

Ridwan Kamil yang layak dicermati dengan lebih serius, karena menanggapi kesungguhannya untuk ikut berbicara lebih banyak dalam pemilihan presiden mendatang. Ia sudah mengadakan solat istiqarah untuk meminta petunjuk Sang Khalik untuk mendapatkan kendaraan.

Pilihannya paling mungkin P3 katanya. Layak dilihat lebih dalam lagi mengenai laku politik Ridwan Kamil ini.

Selama ini Ridwan Kamil cenderung  tidak menjadi kader pasti partai politik. Hal yang bisa menguntungkan, bisa pula merugikan.  Partai politik tidak cukup merasa kecewa jika meninggalkannya karena bukan kader dan mengaku sebagai anggotanya.

Bisa menguntungkan, jika memiliki reputasi sangat moncer ala Jokowi dan Ahok. Atau ketika leve pencalonannya ada pada tataran gubernur seperti kemarin. Pilpres cukup berbeda peta persaingannya.

P3  tidak cukup kuat dalam basis massa. Berbeda dengan PDI-Perjuangan atau PKS. Tidak cukup meyakinkan untuk menggunkan pemilih P3 sebagai kendaraan untuk maju sekelas pilpres. Ingat, keterpilihan di masing-masing provinsi juga penting.

Suara P3 juga tidak cukup signifikan. Kelas menengah bawah, masih tidak cukup memiliki pemilih fanatis. Sangat susah untuk berbicara sekelas nasional, pilpres. Mereka harus menggandeng salah satu partai besar, Golkar, PDI-P, atau Gerindra.

Celakanya, ketiga partai besar itu masing-masing sudah  memiliki kandidat amat kuat, susah untuk mundur.  Artinya, poros P3 bersama partai besar cukup kecil kemungkinannya.

Apabila ngotot Ridwan Kamil capres dengan kendaraan utama P3 lebih susah lagi. Ada partai sama-sama kecil sebagaimana Demokrat. Dua slot sudah terpenuhi, AHY,-Ridwan Kamil. Siapa capres, siapa capres itu penting.  Masih pula mencari tambahan satu atau dua partai kecil. Ada PAN, PKS, Nasdem, dan itu tidak gratis tentu saja.

Partai yang dipilih, P3 tidak cukup berpengalaman mengenai pencalonan presiden. levelnya belum segede itu. Peran mereka selama  ini hanya penggembira, bukan pemain utama. Ini penting,  sangat mungkin nanti mereka gagap.

Permainan yang selama ini dilakukan, pangsa pasarnya sama, identik dengan calon lain, semisal anies Baswedan, AHY, dan Gatot jika bisa maju. Mereka ini bermain pada kubangan ultrakanan, yang makin pudar ke depannya.

Publik tentu masih ingat ketika ia "menyambut" kedatangan Rizieq Shihab. Posisi keliru yang tidak bisa dianulir, terbaca bagaimana afiliasi politiknya. Kalah langkah dengan Anies yang memang lebih vulgar sejak awal.

AHY memiliki kereta sendiri, jadi lebih aman. Posisi Ridwal Kamil di dalam posisi ini, bertiga paling lemah.

Datang ke Papua waktu PON kemarin, tidak cukup mendapatkan perhatian publik. Kalah pamor dengan Ganjar Pranawa. Susah lepas dari bayang-bayang Gubernur Jawa Tengah kalau soal pendekatan pada akar rumput.

Mengambil momen yang sudah menjadi panggung rival ya sama juga mendapatkan remah-remah. Kreatifitas rendah jika demikian.

Penanganan covid 19 juga relatif tidak mencolok. Lebih banyak narasi, menembak pusat, ikut-ikutan Anies Baswedan. Lagi-lagi mengekor, kurang cerdik melihat peluang.

Jabar sangat potensia. Suara sangat besar ada di Jawa Barat. Bandung jelas terbukti dengan pembangunan fisiknya yang  memang khas Ridwan Kamil. Pendekatan untuk Jawa Barat belum terlihat semonumental di Bandung.

Susah melihat bisa mengembangkan sayap ke luar daerah. Jawa Barat sendiri belum juga sepenuhnya memilih dengan bulat. Apalagi posisi dan partnernya sangat penting.

Ridwal Kamil sebagai pemain politik berpengalaman. Merangkak dari bawah, kelas kepela daerah tingkat dua, naik tingkat satu, laku mirip Jokowi sudah dijalani. Capaiannya sih tidak segemerlap Jokowi.

Layak ditunggu sih, mau bersama partai apa dan bersama siapa. Makin banyak calon makin bagus untuk rakyat bisa memilih dan memilah, mana yang layak jadi pemimpin ke depan.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun